Bagikan:

JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut ledakan di Istanbul yang menewaskan enam orang dan melukai 81 lainnya pada Hari Minggu, sebagai serangan bom berbau terorisme, memastikan pelakunya akan dihukum sesuai ketentuan.

Ratusan orang melarikan diri dari Istiklal Avenue yang bersejarah setelah ledakan, saat ambulans dan polisi bergegas masuk. Daerah itu, di Distrik Beyoglu, seperti biasa pada akhir pekan penuh sesak dengan pembeli, turis dan keluarga.

Rekaman video yang diperoleh Reuters menunjukkan momen ledakan terjadi pada pukul 16.13 waktu setempat, mengirimkan puing-puing ke udara dan meninggalkan beberapa orang tergeletak di tanah, sementara yang lain terhuyung-huyung.

Beberapa jam setelah ledakan, Wakil Presiden Fuat Oktay mengunjungi lokasi tersebut untuk memberikan jumlah korban tewas dan cedera terbaru, dan berjanji untuk menyelesaikan masalah ini "segera".

Pihak berwenang mengatakan, seorang pekerja kementerian pemerintah dan putrinya termasuk di antara yang tewas. Lima orang dalam perawatan intensif di rumah sakit, dua di antaranya dalam kondisi kritis.

Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu.

Diketahui, Istanbul dan kota-kota Turki lainnya pernah menjadi sasaran separatis Kurdi, militan Islam, dan kelompok lain, termasuk dalam serangkaian serangan pada 2015 dan 2016.

"Upaya untuk mengalahkan Turki dan rakyat Turki melalui terorisme akan gagal hari ini seperti yang mereka lakukan kemarin dan besok," kata Presiden Erdogan pada konferensi pers sebelum terbang ke Indonesia untuk pertemuan puncak G20, melansir Reuters 14 November.

"Orang-orang kami dapat yakin bahwa pelakunya akan dihukum sebagaimana mestinya," tegasnya, seraya menambahkan bahwa informasi awal menunjukkan "seorang wanita berperan" di dalamnya.

"Salah jika mengatakan ini tidak diragukan lagi serangan teroris, tetapi perkembangan awal dan intelijen awal dari gubernur saya adalah bahwa itu berbau terorisme," tambahnya.

Terpisah, Menteri Kehakiman Bekir Bozdag dikutip oleh Anadolu yang dikelola negara mengatakan, seorang wanita telah duduk di bangku selama lebih dari 40 menit, sebelum akhirnya pergi dan ledakan terjadi, menunjukkan bom yang direncanakan untuk meledak atau diledakkan dari jauh.

Kecaman atas serangan dan belasungkawa untuk para korban mengalir dari beberapa negara termasuk Yunani, Mesir, Ukraina, Inggris, Azerbaijan, Italia dan Pakistan.

Di Twitter, Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengirimkan belasungkawa kepada para korban setelah "berita mengerikan".

Jika dikonfirmasi, itu akan menjadi ledakan bom besar pertama di Istanbul dalam beberapa tahun. Sebelumnya, pemboman kembar di luar stadion sepak bola Istanbul pada Desember 2016 menewaskan 38 orang dan melukai 155 lainnya, dalam serangan yang diklaim oleh cabang militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Turki, Uni Eropa dan Amerika Serikat.