Bagikan:

JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengapresiasi keputusan Rusia untuk menarik pasukannya dari wilayah Kherson, saat perang Rusia dan Ukraina belum menunjukkan tanda akan segera berakhir.

Selain itu, Presiden Erdogan menyebut Ankara akan melanjutkan upaya diplomatiknya untuk menengahi pertikaian antara Moskow dengan Kyiv.

"Pasukan Rusia meninggalkan Kherson adalah keputusan yang positif dan penting," kata Presiden Erdogan saat jumpa pers menjelang keberangkatannya ke Uzbekistan usai pengumuman Moskow, melansir Daily Sabah 10 November.

Bulan lalu, Ankara memperingatkan Rusia dan Ukraina menjauh dari solusi diplomatik, membuat hasil perang yang berkepanjangan menjadi lebih rumit.

Belum lama ini, Turki membantu pertukaran tahanan antara negara-negara yang bertikai. Juga, mediasi Turki terbukti penting dalam memfasilitasi penandatanganan kesepakatan antara Turki, PBB, Rusia dan Ukraina di Istanbul untuk membuka kembali pelabuhan Ukraina, untuk ekspor gandum yang telah macet selama berbulan-bulan karena perang.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu memerintahkan pasukannya untuk mundur dari tepi barat Sungai Dnipro, dekat kota strategis Ukraina selatan Kherson, dalam kemunduran signifikan bagi Moskow dan titik balik potensial dalam perang.

Tetapi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tidak ingin berlebihan dengan pengumuman itu, menyebut pasukan Ukraina selangkah demi selangkah memperkuat posisinya di wilayah Selatan.

"Ada banyak kegembiraan di ruang informasi hari ini, dan jelas mengapa. Tapi, musuh tidak akan memberikan hadiah kepada kita," kata Presiden Zelensky, menyebut Kherson hanya sekali dalam pidato lima menitnya, melansir Reuters.

Terpisah, Presiden AS Joe Biden mengatakan, perintah Moskow untuk menarik diri dari Kherson adalah "bukti fakta bahwa mereka memiliki beberapa masalah nyata dengan militer Rusia."

Diketahui, jika pasukan Ukraina merebut seluruh tepi barat Dnipro, artileri jarak jauh yang dipasok AS dan peluncur roket ganda HIMARS akan dapat menyerang pangkalan dan posisi logistik Rusia di tepi timur, menurut pakar militer.