Bagikan:

JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, kekhawatiran atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Mesir tidak akan memengaruhi penjualan senjata Prancis kepada Mesir. Macron beralasan, Mesir harus mempertahankan kemampuannya untuk memerangi terorisme di wilayah tersebut.

"Saya tidak akan mengkondisikan masalah pertahanan dan kerja sama ekonomi pada perselisihan ini (mengenai hak asasi manusia)," kata Macron pada konferensi pers bersama dengan Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sissi.

"Lebih efektif memiliki kebijakan menuntut dialog daripada boikot yang hanya akan mengurangi efektivitas salah satu mitra kita dalam perang melawan terorisme," tambahnya.

Mengutip DW, Selasa 8 Desember, sejak 2015, Prancis telah menjual sejumlah besar persenjataan ke Mesir. Prancis juga menjual dua induk helikopter kelas Mistral buatan Prancis dan dua lusin jet tempur canggih Rafale Prancis.

Macron sebelumnya telah menyuarakan keprihatinan bahwa Mesir mungkin beralih ke Barat, China dan Rusia, jika tidak menerima dukungan yang memadai dari Eropa.

Catatan Hak Asasi Manusia yang Menyedihkan

Komentar Pemimpin Prancis itu kemungkinan besar akan mengganggu kelompok hak asasi manusia, 20 di antaranya telah mengeluarkan pernyataan bersama menjelang pertemuan yang mengutuk kemitraan strategis Prancis dengan Mesir.

Mesir "secara kasar menggunakan undang-undang kontraterorisme untuk menghapus pekerjaan sah yang mendukung hak asasi manusia dan menekan semua perbedaan pendapat damai di negara itu," kata pernyataan itu.

Sejak mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 2013, el-Sissi telah bertanggung jawab atas tindakan keras besar-besaran, yang menargetkan tidak hanya pendukung Islam dari pendahulunya yang dipilih secara bebas, Mohamed Morsi, tetapi juga aktivis pro-demokrasi. 

Pada konferensi pers, Macron mengatakan dia terus terang mengangkat masalah hak asasi manusia dengan el-Sissi. Macron juga berterima kasih kepada el-Sissi atas dukungannya setelah Prancis menjadi sasaran seruan boikot di sebagian besar negara Muslim. Pemboikotan terjadi setelah Macron membela hak pembuat karikatur Nabi Muhammad. 

Pernyataannya yang mendukung kebebasan untuk mempublikasikan materi yang berpotensi menimbulkan perdebatan seperti itu muncul setelah pembunuhan seorang guru di Prancis pada Oktober yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya selama kelas tentang kebebasan berekspresi.