JAKARTA - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Hageng Suryo Nugroho mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mendorong hidrogen menjadi salah satu sumber energi (energy carrier) yang potensial dalam percepatan transisi energi di Indonesia.
Menurutnya, peran hidrogen sebagai sumber energi akan semakin krusial di masa mendatang. Baik di sektor pembangkitan energi, transportasi, maupun sistem penerbangan berkelanjutan.
“Di era saat ini, hidrogen tidak hanya sebagai aset energi saja, tapi juga harus dipandang sebagai komoditas ekonomi masa depan. Untuk itu, pemerintah mendorong hidrogen sebagai salah satu komoditi yang mempunyai nilai jual yang potensial,” terang Hageng saat menjadi pembicara dalam workshop bertajuk “Towards Hydrogen Economy: Lessons from the Netherlands”, yang merupakan implementasi dari program INTPF (Indonesia-Netherlands Technology Partnership Forum), Selasa, 1 November.
Sebagai informasi, workshop digelar sebagai media untuk mempelajari secara komprehensif terkait ekosistem hidrogen di Belanda, serta peluang implementasinya di Indonesia. Mulai dari sisi kebijakan dan strategi, implementasi skala industri, hingga dukungan riset akademik .
Belanda, dengan produksi hidrogen hingga 9 Juta m3/tahun, merupakan produsen hidrogen terbesar kedua di dunia. Sehingga, sinergi dan kolaborasi erat dengan Belanda, berpotensi membantu Indonesia dalam akselerasi pengembangan ekosistem hidrogen.
Pada kesempatan itu, Hageng menyampaikan pemanfaatan dan pengembangan hidrogen sebagai sumber energi baru terbarukan merupakan salah satu strategi utama pemerintah dalam menjalankan peta jalan menuju netral karbon pada 2060.
Untuk mencapai itu, terang dia, diperlukan upaya untuk pemenuhan sumber energi baru yang memadai dan andal, yang bisa memberikan multiplier effect luar biasa guna mendukung daya saing industri, memajukan perdagangan internasional dan menarik minat investasi.
Hageng menilai, hidrogen akan menjadi game changer yang menggantikan sumber fosil. Sebab hidrogen merupakan pembawa energi yang dapat digunakan untuk menyimpan, memindahkan, dan menyalurkan energi yang dihasilkan dari sumber lain.
Selain itu, pertimbangan pengembangan hidrogen, yakni rendahnya biaya produksi di masa depan. Di mana pada 2030, biaya produksi hidrogen hijau diperkirakan sebesar 1 – 2,5 Dolar Amerika Serikat per kilogram, dan akan terus turun hingga tiga kali lipat pada 2050.
“Sehingga hidrogen sebagai bahan bakar akan semakin ekonomis dan populer di masa mendatang,” jelasnya.
Hageng juga menegaskan, saat ini Indonesia sedang mengembangkan simulasi strategi jangka panjang menuju Net Zero Emission pada 2060 dan kontribusi sektor energi pada Nationally Determined Contribution (NDC) sebesar 314 juta ton CO2e. (NA).
“Untuk mewujudkan itu Presiden Jokowi juga menekankan pentingnya terus membangun kolaborasi global untuk reduksi emisi karbon,” pungkas Hageng.