2020 Jadi Tahun Terpanas Kedua Dalam Sejarah
Ilustrasi foto kebakaran hutan (Matt Howard/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang fokus membidangi soal iklim, World Meteorological Organization (WMO) mendapuk tahun ini 2020 sebagai tahun terpanas kedua dalam sejarah. Nomor duanya adalah tahun 2016. Dan salah satu faktor utama penyebabnya yakni: perubahan iklim.

Melansir Reuters, Kamis, 3 Desember, WMO mengungkapkan pemanasan global terjadi pada tahun ini tak lain karena hadirnya bencana yang diperparah perubahan iklim. Tanda-tandanya telah kita rasakan antara lain adanya masalah kekeringan berkepanjangan, kebakaran hutan, hujan badai, dan musibah alam lainnya.

"2020 sangat mungkin menjadi salah satu dari tiga tahun terpanas yang tercatat secara global," kata WMO dalam laporan State of the Global Climate (2020).

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres angkat bicara mengenai masalah ini. Menurutnya efek dari gas rumah kaca jadi penyebab pemanasan global meningkat drastis. Apalagi, kata Guterres, sebagian besar negara di dunia belum siap melawan tantangan perubahan iklim.

“Sederhananya, keadaan planet ini rusak,” kata Guterres masih dikutip Reuters. “Kemanusiaan sedang berperang melawan alam. Ini bunuh diri,” katanya.

Bersatulah

Tak hanya Guterres, Sekretaris Jenderal WMO, Petteri Taalas juga mengungkap hal yang sama. Ia juga mendesak agar seluruh negara bersatu padu melawan dampak perubahan iklim yang dahsyat belakangan ini.

“Sayangnya, 2020 merupakan tahun yang luar biasa bagi iklim kita,” kata Taalas.

WMO sendiri pun mengakui bahwa mereka gagal dalam memprediksi akan meningkatnya pemanasan global pada tahun 2020. Sebelumnya mereka menganalisis pada 2020 angka pemanasan global sedikit menurun karena adanya pandemi COVID-19 yang membuat banyak negara di dunia melakukan kuncitara wilayah. Namun ternyata tidak demikian.

Sementara itu, Guterres mengungkapkan, akibat perubahan iklim tahun lalu, dunia rugi sekitar 150 miliar dolar. Lebih parah lagi, mereka yang tewas akibat polusi udara dan air mencapai 9 juta jiwa setiap tahun.

Guterres pun mendesak para pemimpin dunia untuk berkomitmen kepada Perjanjian Paris. Yang mana tiap negara berkomitmen mencapai emisi nol persen. Juga segera mendanai upaya untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.