JAKARTA - Biro Meteorologi Australia (BoM) menyebut perubahan iklim telah memperparah bencana kebakaran hutan di tenggara dan barat daya Negeri Kanguru. Hal itu tak lain karena meningkatnya suhu udara yang membuat kekeringan di mana-mana.
Melansir CNA, Jumat, 13 November, suhu udara panas di Australia telah meningkat jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, peningkatan suhu udara yang sekarang terjadi di Australia tampak lebih parah dari yang sebelumnya terjadi pada 1910. Oleh sebab itu, segala bentuk bencana seperti kebakaran hutan, kekeringan, dan gelombang panas laut diramalkan akan sering terjadi.
"Perubahan iklim mempengaruhi tren ini melalui dampaknya pada suhu, curah hujan, kelembaban relatif, dan perubahan yang dihasilkan pada kandungan air pada bahan bakar," kata ilmuwan BoM, Karl Braganza.
Meski dengan diberlakukannya kuncitara wilayah di awal pandemi COVID-19 masuk ke Australia, tetap saja hal itu tak membantu banyak dalam mengurangi emisi global. Alhasil, kebakaran hutan di Australia telah membuat 11 juta hektar semak belukar hangus terbakar pada tahun ini saja.
BACA JUGA:
Lantaran itu, 33 orang dan miliaran hewan khas Australia seperti Koala, Kanguru, dan lainnya tewas. Untuk itu, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison menyebut peristiwa itu sebagai musim panas hitam.
Sayangnya, Morrison tak yakin dapat menyamai negara maju lainnya dalam menetapkan target emisi karbon nol persen pada tahun 2050. Akan tetapi, Morrison menjamin Australia akan berada dalam lajur yang sama dengan kesepakatan Paris. Yakni, mengharapkan dunia mencapai emisi nol persen setelah tahun 2050.
"Tren ini, yang diproyeksikan akan terus berlanjut dalam beberapa dekade mendatang, telah menjadi ancaman yang signifikan bagi kesehatan jangka panjang dan ketahanan ekosistem terumbu karang di sekitar pantai Australia," kata Direktur Pusat Ilmu Iklim CSIRO, Jaci Brown.