Presiden Turkmenistan Bangun Patung Emas Berbentuk Anjing Alabai sebagai Simbol Kebanggan Nasional
Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdymukhamedov (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Kecintaan Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdymukhamedov kepada anjing alabai begitu besar. Kesukaannya terhadap hewan yang menjadi simbol kebanggaan nasional tersebut mendorongnya untuk membangun patung anjing alabai berlapis emas.

Mengutip The Washingon Post, Jumat 13 November, Berdymukhamedov meluncurkan patung itu dalam upacara mewah minggu ini. Patung anjing tersebut bertengger di atas tiang yang dikelilingi layar LED sembari memutar rekaman anjing lain yang sedang bermain-main di rumput.  

Video dari presentasi akbar tersebut menunjukkan Berdymukhamedov melambai kepada penonton saat dia berjalan di jalan yang dipenuhi orang-orang yang memegang bendera Turkmenistan. Sebuah band memainkan musik live serta sekelompok wanita menari dan seorang anak laki-laki tampaknya mengangkat anak anjing alabai.

Berdymukhamedov juga menerbitkan buku tentang ras alabai pada 2020. Ia juga memberikan anak anjing alabai kepada Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai hadiah. Rekaman dari pertemuan itu menunjukkan Berdymukhamedov menyeringai saat dia mengangkat anak anjing yang dia gambarkan sebagai hadiah ulang tahun yang terlambat untuk pemimpin Rusia.

Simbol kebanggaan nasional

Anjing dan kuda adalah sumber kebanggaan nasional di Turkmenistan, di mana banyak digunakan oleh banyak penggembala tradisional di antara populasi 6 juta orang. Berdymukhamedov diangkat menjadi presiden Turkmenistan pada 2006 dan sejak itu mengukuhkan reputasinya sebagai pencinta binatang yang bersemangat. Berdymukhamedov memuji alabai sebagai contoh warisan nasional.

Sosok alabai yang besar dan gempal dikenal karena kehebatannya dalam melindungi domba dan kambing dari serigala. Oleh karena itu alabai juga menjadi penjaga rumah dan dalam perkelahian anjing, bentuk hiburan yang populer di Turkmenistan.

Berdymukhamedov menggantikan Saparmurat Niyazov, yang memimpin Turkmenistan selama 21 tahun hingga kematiannya pada 2006. Dua tahun kemudian, Berdymukhamedov mengumumkan ia akan membatalkan keputusan Niyazov untuk mengganti nama semua bulan kalender dengan namanya, nama keluarganya dan berdasarkan buku yang telah Niyazov tulis. 

Lembaga penelitian Amerika Serikat Freedom House menggambarkan bahwa Turkmenistan adalah negara "rezim otoriter yang terkonsolidasi." Lembaga tersebut juga melaporkan bahwa pemerintah melakukan tindakan lebih keras pada 2019. 

Berdymukhamedov “memamerkan keahliannya sebagai atlet, ahli kuda, penulis, penyanyi, dan sebagainya,” kata lembaga itu dalam sebuah laporan. "Namun, dia gagal menerima tanggung jawab atas penurunan ekonomi negara dan malah mengidentifikasi kambing hitam yang nyaman di antara pejabat publik negara."