JAKARTA - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menjadi buronan, masuk daftar yang dibuat oleh pejabat keamanan Ukraina selama lebih dari setengah tahun, menurut Dinas Keamanan Ukraina SBU.
Pernyataan itu mengatakan Medvedev, sekarang wakil ketua Keamanan Rusia, dicari di bawah pasal KUHP yang berurusan dengan upaya untuk merusak integritas teritorial Ukraina dan perbatasannya, yang tidak dapat diganggu gugat. Sebagian besar anggota Dewan Keamanan Rusia ada dalam daftar.
Tidak segera jelas mengapa pihak berwenang Ukraina belum merilis informasi lebih cepat atau mengapa mereka mengumumkannya sekarang.
Tak hanya Medvedev, pernyataan tersebut juga menyebut sejumlah pejabat ternama Rusia lainnya, seperti
Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, Vyacheslav Volodin (Ketua Majelis Rendah Parlemen), Valentina Matviyenko (Ketua Majelis Tinggi Parlemen) dan Nikolai Patrushev (Sekretaris Dewan Keamanan).
"Dinas Keamanan Ukraina menegaskan, Dmitry Medvedev, wakil kepala Dewan Keamanan Rusia dan mantan presiden negara agresor, dinyatakan sebagai buronan," kata SBU dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 11 Oktober.
"Ini terjadi pada Maret 2022 di awal agresi skala penuh Rusia," lanjut pernyataan itu.
Medvedev dipandang sebagai sesuatu yang moderat ketika dia menjabat sebagai presiden dari 2008 hingga 2012, ketika dia bertukar pekerjaan dengan Vladimir Putin, yang menjadi perdana menteri. Dalam beberapa tahun terakhir, dia telah menyuarakan beberapa pandangan garis keras Rusia tentang Ukraina.
Sebelumnya, Medvedev mengatakan Rusia harus membunuh 'teroris' yang bertanggung jawab atas serangan terhadap jembatan di Krimea.
"Rusia hanya dapat menanggapi kejahatan ini dengan membunuh teroris secara langsung, seperti kebiasaan di tempat lain di dunia. Inilah yang diharapkan warga Rusia," ujarnya seperti dikutip oleh kantor berita negara TASS.
BACA JUGA:
Itu terkait dengan ledakan jembatan di Krimea pada Sabtu lalu. Diketahui, jembatan itu adalah rute pasokan utama bagi pasukan Rusia di Ukraina selatan dan simbol kendali Rusia atas Krimea, semenanjung yang dicaploknya setelah pasukannya merebutnya pada 2014.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut ledakan yang merusak satu-satunya jembatan di atas Selat Kerch ke semenanjung Krimea, adalah "tindakan teroris.
Ledakan itu membuat Rusia menembakkan rudal jelajah ke kota-kota di seluruh Ukraina selama jam sibuk pada Senin pagi, menewaskan warga sipil, menyebabkan putusnya aliran listrik dan panas.