Menko PMK Pastikan Pemerintah Cek Berkala Pelayanan <i>Trauma Healing</i> ke Korban Tragedi Kanjuruhan
Pasca-Tragedi Kanjuruhan pendukung Arema FC menolak keras kekerasan dalam stadion sepak bola. (Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah akan memaksimalkan pelayanan trauma healing terhadap korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy memastikan pemerintah akan melakukan pengecekan berkala kepada para korban Tragedi Kanjuruhan.

"Insyaallah akan kami beri pelayanan maksimal sehingga dampak negatif dari tragedi Kanjuruhan itu dapat ditekan semaksimal mungkin. Kami akan cek semua perkembangan pelayanan trauma healing," kata dia dalam siaran pers, dikutip dari Antara, Senin 10 Oktober.

Berdasarkan data yang dikantonginya, Muhadjir bilang jumlah korban meninggal usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada Sabtu 1 Oktober malam itu berjumlah 130 orang.

Dia merinci, dari jumlah itu sebanyak 70 orang di antaranya adalah anak-anak berusia 11–20 tahun, kemudian umur 4 tahun saru orang.

"Korban yang meninggal berusia muda, pasti sangat memukul orang tuanya, sehingga harus ada penyembuhan trauma dan tidak hanya mereka yang menonton saja, tapi juga keluarga akan didampingi tim trauma healing," tuturnya.

Dia mengatakan, tim trauma healing itu telah disediakan dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial dan perguruan tinggi, sehingga diharapkan dapat memberikan pelayanan yang prima kepada korban dan keluarganya.

Tidak hanya itu, lanjut dia, apabila ada keluarga yang terdampak ekonomi, misalnya korban meninggal adalah tulang punggung ekonomi keluarga maka pemerintah akan memberikan bantuan sosial dengan skema Program Keluarga Harapan (PKH) dan juga dana desa untuk meringankan beban korban keluarga.

Menteri Muhadjir didampingi Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin mengunjungi rumah korban tragedi Stadion Kanjuruhan asal Kota Probolinggo yakni Yanuar Dwi Bramastyo untuk mengucapkan bela sungkawa di Kota Probolinggo, Minggu 9 Oktober.

Dia berharap, jangan sampai peristiwa tersebut terulang kembali karena sangat menyakitkan dan menyedihkan, bahkan terlalu mahal kalau sepak bola harus dikorbankan dengan nyawa yang begitu banyak.

"Untuk itu, saya mengimbau kepada seluruh suporter untuk berhati-hati, walau pun memang namanya musibah itu sulit, kalau sudah ditentukan oleh Tuhan tidak bisa dihindari, tapi semua pihak harus bisa mengambil hikmah dari kejadian itu," tuturnya.

Menurutnya, banyak hal yang harus diperhitungkan atas kejadian itu, selain pengelola lapangan, juga harus punya perhitungan yang pasti dan jelas, misalnya kapasitas gelanggang dan waktu penyelenggaraan.

Sementara ayah almarhum Yanuar, Serda Joko mengucapkan terima kasih atas kunjungan Menko PMK bersama Wali Kota Probolinggo ke rumah duka.

"Terima kasih atas perhatian Bapak Menteri PMK atas musibah itu. Semoga itu menjadi yang terakhir untuk tragedi kemanusiaan. Semoga kedatangan bapak juga sebagai penguat kami orang tua dari korban," tandasnya.