Sosok Wagimin Asal Jateng di Perang Puputan yang Curi Perhatian Ganjar Pranowo
Ganjar Pranowo di kompleks Taman Pujaan Bangsa Margarana (Foto via Pemprov Jateng)

Bagikan:

BALI - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo terharu saat menaburkan bunga di depan Candi Puputan Margarana kompleks Taman Pujaan Bangsa Margarana, Tabanan, Bali. Kisah perjuangan para pahlawan yang meninggal di Perang Puputan Margarana menjadi penyebabnya.

Ganjar yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Bali menyempatkan ziarah ke Taman Pujaan Bangsa, lokasi gugurnya Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai bersama ribuan pasukannya saat perang Puputan. Di kompleks itu, berdiri sebuah candi Puputan Margarana dan ribuan batu nisan para pahlawan yang gugur dalam pertempuran 20 November 1946 itu.

Bersama puluhan veteran asal Bali dan cucu I Gusti Ngurah Rai, Nanik Suryani, Ganjar menggelar upacara tabur bunga di monumen itu. Setelah itu, ia mengunjungi batu nisan I Gusti Ngurah Rai dan melakukan penghormatan serta tabur bunga. Ganjar juga diajak mengunjungi museum yang menceritakan kisah perjuangan pahlawan Bali.

"Saya dapat banyak cerita heroik, bagaimana perangnya Ngurah Rai saat itu. Pak I Gusti Bagus Saputra ini, beliau menceritakan secara detail bagaimana sosok Ngurah Rai yang gagah berani. Ia berani menantang Belanda saat itu. Ia balas surat ancaman dari Belanda untuk menyerah dengan tantangan. Belanda tidak boleh ada di Bali," kata Ganjar, Sabtu 8 Oktober.

Selain kisah heroik I Gusti Ngurah Rai, Ganjar juga menemukan kisah pejuang asal Kutoarjo Kabupaten Purworejo, Jateng bernama Wagimin. Ternyata, saat perang Puputan itu, Wagimin yang mantan polisi Belanda ikut membantu pasukan Ngurah Rai melawan penjajah.

Ia loloskan pasukan Ngurah Rai masuk ke gudang persenjataan milik Belanda yang dijaganya dan menggunakan senjata itu untuk bertempur.

"Ia, ternyata ada kisah Pak Wagimin, asalnya dari Jenar Kutoarjo Jawa Tengah. Itu tetangga desa saya di Purworejo. Maka tadi saya agak terharu, kaget tentu ada ikatan emosional kan. Ternyata pak Wagimin yang luar biasa itu menjadi penghubung, dia ngambil senjata, membantu pasukan Ngurah Rai di perang Puputan," jelasnya.

Artinya lanjut Ganjar, dalam perjuangan bangsa Indonesia ini melibatkan semua elemen masyarakat. Ada Jawa, Batak, Bali dan dari daerah manapun. Mereka semua bahu membahu bertempur demi kemerdekaan.

"Ya laki-laki ya perempuan, ada tang agamanya Hindu, Islam, ada yang Kristen Katolik Budha semuanya jadi itu Indonesia. Jadi tidak membedakan, bahkan beberapa di antaranya tadi orang-orang Jepang yang kemudian membela Indonesia. Artinya nilai-nilai kemanusiaan itu juga bisa muncul meskipun mereka beda negara lho. padahal dulu menjajah tapi bisa berbalik karena mungkin mereka ada rasa kemanusiaan. Kemanusiaan yang adil dan beradab," tegasnya.

Ganjar mengajak generasi muda untuk meneladani perjuangan para pahlawan bangsa. Setidaknya, tahu bahwa perjuangan saat itu betul-betul nyawa diserahkan dan tanpa pamrih.

"Seperti kisah Ngurah Rai dan para pahlawan di sini, mereka tak ada yang takut. Berjuang sampai kapanpun demi satu tujuan. Merdeka atau mati," terangnya.

Sementara itu, cucu I Gusti Ngurah Rai, Nanik Suryani,56, mengaku senang dan bangga kepada Ganjar yang menyempatkan waktu berziarah ke kakeknya. Menurutnya, para pemimpin bangsa memang tak melupakan sejarah.

"Saya senang dan bangga kepada pemimpin-pemimpin dari Indonesia khususnya Jawa Tengah, pak Ganjar Pranowo yang sempat berkunjung dan berziarah ke sini, tempat terjadinya Perang Puputan Margarana. Semoga kita semua bisa mentauladani apa yang dilakukan para pejuang," katanya.