Bagikan:

PALEMBANG - Wali Kota Palembang, Sumatera Selatan, Harnojoyo menyebutkan elevasi atau ketinggian antara hulu dan hilir aliran Sungai Bendung yang cenderung datar menjadi penyebab beberapa titik tergenang banjir setelah hujan deras dalam tiga hari terakhir.

Harnojoyo mengatakan Sungai Bendung merupakan salah satu anak Sungai Musi yang memiliki luas 2.400 hektare pada sisi seberang ilir Kota Palembang.

Sungai Bendung sendiri mengalirkan air dari beberapa cabang anak sungai lain yang pembuangannya bermuara ke Sungai Musi di Jalan Ali Gatmir, Kecamatan Ilir Timur II Palembang.

Cabang anak sungai terbesar yang mengaliri Sungai Bendung itu, di antaranya dari kawasan Sukawinatan, Kecamatan Sukarami dan sekitarnya yang berjarak mencapai 5 kilometer ke muara pembuangan.

Lalu dari kawasan Bukit Sangkal, Kecamatan Ilir Timur II dan sekitarnya yang berjarak sekitar 7 kilometer.

Sementara, menurut Harnojoyo, berdasarkan pengukuran petugas PUPR kota setempat, elevasi Sungai Bendung dari daerah hulu dan hilirnya yang bermuara ke Sungai Musi itu hanya terpaut sekitar 40 centimeter.

Karena itu, air di permukaan Sungai Bendung tidak cepat mengalir ke hilir, ditambah lagi guyuran hujan intensitas deras dan panjang sejak Selasa (4/10) hingga Kamis (6/10) malam, menyebabkan debit air yang ditampung terus bertambah lalu akhirnya meluap.

“Luapan air itulah yang menggenangi setidaknya 17 titik kawasan di sekitar aliran Sungai Bendung terdampak banjir, sekitar lebih dari 500 jiwa warga yang merasakannya,” kata dia.

Kawasan yang terdampak banjir itu di antaranya kawasan MP Mangkunegara, Bukit Sangkal, Seduduk Putih, Rawa Sari, Celentang, Sekip, dengan ketinggian air mencapai 30-60 centimeter hingga Kamis (6/10) malam.

Harnojoyo menyebutkan pemerintah sudah berupaya mengatasinya situasi kebencanaan tersebut yakni dengan mengoperasikan semua mesin pompa air untuk membantu pengaliran air.

Masing-masing sebanyak enam pompa portable yang per unitnya berkemampuan menyedot 250 liter per detik dioperasikan ke setiap pintu gerbang air, dan booster pompa air berkapasitas 36.000 liter per detik dioperasikan di hilirnya.

Hanya saja, lanjutnya, kinerja sistem pompanisasi untuk mengalirkan air tersebut masih kurang maksimal karena berdasarkan pengamatan beberapa hari ini, ditemukan banyak jembatan dan bangunan pemukiman warga melintang di atas Sungai Bendung.

“Kinerja dari pompanisasi yang sudah memadai ini pun masih lambat karena diperparah oleh adanya konstruksi bangunan, sehingga dampak banjir yang dirasakan warga tidak cepat teratasi,” kata dia.

Pompanisasi untuk menyurutkan banjir yang menggenangi pemukiman, jalan protokol, perkantoran dan SPBU memakan waktu 6-7 jam dengan catatan tidak kembali diguyur hujan.

Harnojoyo menyatakan untuk mengatasi kondisi tersebut pihaknya sudah menyiagakan tim operasi gabungan pengendalian banjir terdiri dari unsur TNI, Polri, Basarnas, BPBD, Dinas PUPR, Dinas Sosial dan Dinas Kebersihan Kota.

Tim tersebut memiliki tugas mulai dari membersihkan daerah aliran sungai dari sampah, tanaman liar, membongkar bangunan pemukiman di atas aliran sungai, mendirikan posko kebencanaan, hingga merencanakan upaya tindakan lanjutan jangka panjang seperti pembebasan lahan dan merubah konstruksi bangunan jembatan di sepanjang aliran Sungai Bendung.

Tim gabungan operasi pengendalian banjir ini bertugas sampai waktu yang tidak ditentukan, khususnya untuk mengatasi kerawanan banjir di Palembang, selama musim penghujan yang diprakirakan oleh BMKG akan berlangsung hingga awal tahun 2023, demikian Harnojoyo.