JAKARTA - Pengamat olahraga Akmal Marhali menyoroti tragedi maut yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur. Menurutnya, bukan hal yang mustahil jika status Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia akan ditinjau ulang pascaperistiwa kericuhan yang menewaskan 127 orang.
Dia pun mengaitkan peristiwa sepakbola maut yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu, 1 Oktober 2022 dengan tragedi Heysel, 29 mei 1985.
"Pada 31 Mei 1985 UEFA langsung menghukum klub Inggris tidak boleh terlibat dalam kompetisi Eropa selama lima tahun," kata Akmal, Minggu, 2 Oktober.
Akmal menyebutkan, pemerintah khususnya Menpora harus menegakkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang mencabut UU 3 Tahun 2005.
Dalam Pasal 103 UU keolahragaan Nasional menyebutkan: "Penyelenggara kegiatan olahraga yang tidak memenuhi persyaratan teknis keolahragaan, kesehatan, keselamatan, ketentuan daerah setempat, keamanan, ketertiban umum, dan kepentingan publik sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar".
"Tersangka terancam penjara maksimal lima tahun pasal 359 juncto pasal 103 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang mencabut UU 3 Tahun 2005 dengan ancaman paling lama dua tahun," ujar Akmal.
BACA JUGA:
Sementara dalam Pasal 359 KUHP menyatakan: "Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun".
Sebelumnya diberitakan, kericuhan maut yang terjadi di Stasion Kanjuruhan Malang usai tuan rumah Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya di pekan ke-11 liga 1 2022-2023, Sabtu, 1 Oktober, kemarin, menewaskan 127 orang di lapangan sepak bola.
Pengumuman tewasnya ratusan orang meninggal dunia itu disampaikan langsung oleh Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta.
"Dalam kejadian tersebut telah meninggal 127 orang, dua di antaranya anggota Polri," ungkapnya dalam konferensi pers di Malang, Minggu, 2 Oktober.