Bagikan:

JAKARTA - Iran menuduh Amerika Serikat pada Hari Senin menggunakan kerusuhan yang dipicu oleh kematian seorang wanita dalam tahanan polisi, untuk mencoba mengacaukan negara, memperingatkan itu tidak akan terjawab, karena protes terbesar sejak 2019 tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.

Otoritas Iran menindak demonstrasi nasional yang dipicu oleh kematian wanita Kurdi berusia 22 tahun Mahsa Amini, setelah dia ditahan oleh polisi moral yang menegakkan pembatasan ketat Iran mengenai pakaian wanita.

Kasus tersebut menuai kecaman internasional. Iran mengatakan Amerika Serikat mendukung para perusuh dan berusaha mengacaukan Republik Islam.

"Washington selalu berusaha melemahkan stabilitas dan keamanan Iran meskipun tidak berhasil," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani kepada Nour News, yang berafiliasi dengan badan keamanan utama, dalam sebuah pernyataan, mengutip Reuters 26 September.

Di halaman Instagram-nya, Kanaani menuduh para pemimpin Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa menyalahgunakan peristiwan tersebut, untuk mendukung 'perusuh' dan mengabaikan "kehadiran jutaan orang di jalan-jalan dan alun-alun negara untuk mendukung sistem tersebut."

Diketahui, setidaknya 41 orang tewas dalam kerusuhan terbaru yang dimulai pada 17 September, menurut TV pemerintah.

Iran telah menyalahkan pembangkang bersenjata Kurdi Iran terlibat dalam kerusuhan, terutama di barat laut di mana sebagian besar hingga 10 juta orang Kurdi Iran tinggal.

Presiden Ebrahim Raisi mengatakan Iran menjamin kebebasan berekspresi, serta memerintahkan penyelidikan atas kematian Amini.