JAKARTA - Badan investigasi yang diamanatkan PBB berencana menyelidiki sebuah situs kuburan massal di dekat Izium, Ukraina Timur, kata kepalanya pada Hari Jumat.
"Ini tentu saja insiden baru, tetapi kami tentu bermaksud untuk melihat peristiwa Izium juga," kata Erik Mose, yang mengepalai Komisi Penyelidikan Ukraina, pada konferensi pers, melansir Reuters 23 September.
Ditanya tentang apakah kejahatan terhadap kemanusiaan telah dilakukan, Mose mengatakan komisi tersebut belum mencapai kesimpulan itu, dengan alasan kurangnya bukti dan analisis.
Diberitakan sebelumnya, Sebuah kuburan massal kembali ditemukan di wilayah Ukraina yang ditinggalkan oleh pasukan Rusia, dengan yang terbaru mencakup sekitar 440 makam, menurut seorang perwira tinggi kepolisian.
Kuburan massal tersebut dikatakan ditemukan di timur Kota Izyum. Serhii Bolvinov, kata kepala penyelidik polisi untuk wilayah Kharkiv, seperti mengutip Sky News.
Para ahli forensik Ukraina sejauh ini telah menggali 146 mayat yang terkubur tanpa peti mati, kata gubernur regional Kharkiv Oleh Synehubov.
"Beberapa mayat memiliki tanda-tanda kematian yang kejam. Ada tubuh dengan tangan terikat dan bekas penyiksaan. Mayat juga ditemukan memiliki luka peledak, pecahan peluru dan tusukan," tulisnya di Telegram.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut, sekitar 450 kuburan telah ditemukan di situs tersebut.
Menurut pemeriksaan pendahuluan, empat orang menunjukkan tanda-tanda penyiksaan, dengan tangan diikat ke belakang, atau dalam satu kasus diikat dengan tali di leher mereka, kata Serhiy Bolvinov.
Bolvinov menerangkan, sebagian besar mayat tampaknya warga sipil. Penduduk setempat telah mengidentifikasi mayat mereka dengan mencocokkan nama dengan angka pada salib kayu tipis yang menandai kuburan.
"Tangan tentara diikat, ada tanda-tanda penyiksaan terhadap warga sipil," ungkap Bolvinov. Ukraina mengatakan 17 tentara berada di kuburan massal di lokasi tersebut.
Diketahui, otoritas Ukraina terus melakukan penilaian dan pemeriksaan apa yang terjadi di daerah-daerah yang diduduki Rusia selama berbulan-bulan, sebelum beberapa pekan belakangan serangan balik memukul dan mengusir mereka.
Terpisah, Kremlin membantah Rusia harus disalahkan atas kekejaman yang menurut Ukraina, ditemukan di wilayah yang direbut kembali.
"Itu bohong, dan tentu saja kami akan membela kebenaran dalam cerita ini," sanggah juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, membandingkan tuduhan itu dengan insiden sebelumnya dalam perang di mana Rusia mengklaim tanpa bukti kekejaman dilakukan oleh Ukraina.