Bagikan:

JAKARTA - Satuan Tugas (Satgas) Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta semua tenaga kesehatan (nakes) untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan klinis dalam pendekatan diagnosis gejala Monkeypox.

“Karena manifestasi klinis seperti yang sudah disampaikan bahwa kelainannya atau differensial diagnosisnya itu banyak sekali, maka ketajaman klinis dari tenaga kesehatan ini menjadi concern utama atau prioritas,” kata Ketua Satgas Monkeypox IDI Hanny Nilasari dilansir ANTARA, Jumat, 16 September.

Hanny menuturkan peningkatan kemampuan dimaksudkan karena manifestasi klinis yang diakibatkan oleh Monkeypox atau cacar monyet, memiliki banyak kelainan antara satu kasus dan kasus lainnya.

Misalnya seperti gejala manifestasi kulit klasik, manifestasi klinis gejala prodromal, manifestasi klinis stadium lesi kulit klasik, sampai dengan manifestasi klinis wabah.

Peningkatan kemampuan tersebut juga dimaksudkan agar kasus yang dilaporkan ke dinas kesehatan setempat, dapat ditentukan sesuai dengan kriteria suspek ataupun probable Monkeypox.

Hanny mengatakan peningkatan kemampuan diagnosis, juga harus diimbangi dengan penajaman pengetahuan akan tatalaksana Monkeypox untuk meningkatkan kewaspadaan pada pasien, dengan gejala klinis sesuai dengan Monkeypox dan mencegah komplikasi.

Di sisi lain, pengetahuan tenaga kesehatan yang semakin luas akan membantu pemerintah untuk menyebarkan edukasi terkait bahaya dan cara pencegahan penyakit Monkeypox.

“PB IDI juga menyarankan agar tenaga kesehatan melakukan edukasi terhadap masyarakat, mengenai tanda gejala, penularan dan pencegahan infeksi Monkeypox,” kata dia.

Dalam kesempatan itu, Hanny juga menyarankan supaya tenaga kesehatan mendukung dilakukannya contact tracing, apabila ada kasus dengan konfirmasi Monkeypox untuk menurunkan risiko penyebaran infeksi.

Setiap tenaga kesehatan, juga diimbau untuk menggunakan pelindung diri yang lengkap, ketika menangani pasien dengan kecurigaan infeksi Monkeypox.