Bagikan:

YOGYAKARTA – Salah satu masalah ekonomi yang kerap menghantui negara adalah inflasi. Ketika inflasi terjadi, harga produk-produk akan mengalami kenaikan, jumlah pengangguran meningkat, dan mata uang bakal mengalami depresiasi. Lantas, apa itu inflasi? Berikut ulasan lengkap mengenai pengertian dan jenis-jenis inflasi.

Pengertian Inflasi

Dikutip VOI dari laman resmi Bank Indonesia, Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menurus dalam jangka waktu tertentu.

Naiknya harga barang dan jasa bisa menyebabkan mata uang terdepresiasi. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagau penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.

Di Indonesia, perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). BPS memakai Indeks Harga Konsumen (IHK) sebagai indikator untuk mengukur tingkat inflasi.

IHK sendiri didefinisikan sebagai indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.

Menurut The Classfification of Individual Consumtion by Purpose (COICO) IHK dibagi dalam tujuh kelompok pengeluaran, antara lain:

  • Bahan Makanan.
  • Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau.
  • Perumahan
  • Sandang
  • Kesehatan
  • Pendidikan dan Olahraga.
  • Transportasi dan Komunikasi.

Data pengelompokan tersebut didapatkan melalui Survei Biaya Hidup (SBH).

Jenis-jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

Jenis inflasi dapat dilihat berdasarkan determinan atau penyebabnya, antara lain:

Ilustrasi inflasi
Ilustrasi inflasi (Varami/Pixabay). 
  1. Cost Push Inflation

Faktor yang dapat menyebabkan cost push inflation yakni penurunan nilai mata tukar, dampak inflasi luar negeri khususnya negara-negara mitra dagang, peningkatan harga komoditas yang diatur pemerintah.

Selain itu, cost push inflation juga bisa diakibatkan oleh negative supply shocks (ketiadaan suplai barang secara tiba-tiba) akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.

  1. Eksptasi Inflasi

Faktor yang mempengaruhi ekspektasi inflasi adalah perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi pada keputusan kegiatan ekonominya.

Ekspektasi inflasi tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pendagang menjelang hari-hari besar keagamaan.

  1. Demand Pull Inflation

Demand Pull Inflation didefinisikan sebafai inflasi yang terjadi akibat tekanan dari sisi permintaan. Kondisi ini terjadi karena permintaan barang dan jasa lebih tinggi ketimbang ketersediaannya.

Dalam konsep makro ekonomi, demand pull inflation digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya, atau permintaan total (aggregate demand) lebih besar ketimbang kapasitas perekonomian.

Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannnya

Menurut Boediono (1985), berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dibagi menjadi empat jenis, yakni inflasi ringan, inflasi sedang, inflasi berat, dan inflasi sangat berat.

  1. Inflasi ringan

Inflasi ringan tidak begitu mengganggu keadaan perekonomian karena harga-harganya hanya mengalami kenaikan secara umum. Inflasi ringan nilainya dibawah 10% per tahun.

  1. Inflasi Sedang

Boediono menyebut inflasi sedang membahayakan kegiatan perekonomian. Pasalnya, inflasi ini bisa menurunkan kesejahteraan masyarakat yang memiliki penghasilan tetap. Inflasi ini berkisar antara 10%-30% pertahun.

  1. Inflasi Berat

Sementara inflasi berat dapat mengacaukan kondisi perekonomian. Kondisi ini terjadi karena masyarakat enggan menabung di perbankan akibat bunga bank jauh lebih kecil ketimbang laju inflasi.

Boediono menyebut angka inflasi berat berkisar antara 30 persen hingga 100 persen per tahun.

  1. Inflasi Sangat Berat

Inflasi sangat berat merupakan inflasi yang sangat sulit dikendalikan. Pasalnya, angka inflasi ini berkisar 100 persen per tahun.

Demikian pengertian dan jenis-jenis inflasi yang berpotensi terjadi dalam sebuah negara.