Sebut Barat Merusak Pilar Sistem Ekonomi Dunia, Presiden Putin Nilai Kawasan Asia-Pasifik Menjanjikan
Vladimir Putin. (Sumber: Kremlin.ru/TASS/Sergey Bobylev)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Vladimir Putin mengatakan Barat gagal karena upaya yang sia-sia dan agresif untuk mengisolasi Rusia dengan sanksi menghancurkan ekonomi global, saat Asia bangkit untuk mengklaim masa depan.

Berbicara dalam Forum Ekonomi Timur (EEF) di Kota Vladivostok, Presiden Putin mengatakan sanksi Barat terhadap Rusia telah menggantikan pandemi COVID-19, sebagai ancaman utama bagi ekonomi global.

"Saya berbicara tentang demam sanksi Barat, dengan upaya agresif dan berani untuk memaksakan model perilaku di negara lain, untuk merampas kedaulatan dan menundukkan mereka sesuai kehendak," ujar Presiden Putin, melansir Reuters 7 September.

"Dalam upaya untuk melawan jalannya sejarah, negara-negara Barat merusak pilar utama sistem ekonomi dunia yang dibangun selama berabad-abad," tandas Presiden Putin, seraya menambahkan kepercayaan terhadap dolar, euro dan poundsterling sedang jatuh.

Upaya Barat untuk secara ekonomi mengisolasi Rusia, salah satu produsen sumber daya alam terbesar di dunia, telah mendorong ekonomi global ke perairan yang belum dipetakan, dengan melonjaknya harga makanan dan energi.

Lebih jauh, Presiden Putin mengatakan Barat berusaha memaksakan kehendaknya pada dunia, tetapi kekuatan mereka menurun karena wadah pertumbuhan global sekarang ada di Asia.

"Perubahan tektonik yang tidak dapat diubah dan bahkan telah terjadi di seluruh hubungan internasional," sebut Presiden Putin.

"Peran negara dan kawasan dunia yang dinamis serta menjanjikan, terutama kawasan Asia-Pasifik, telah meningkat secara signifikan," terangnya.

Presiden Putin juga mengatakan, ekonomi Rusia menghadapi apa yang disebutnya agresi finansial dan teknologi Barat, mengakui beberapa kesulitan di beberapa industri dan kawasan.

Diketahui, Amerika Serikat dan sekutunya memberlakukan sanksi paling berat dalam sejarah modern terhadap Rusia atas apa yang disebut Presiden Putin sebagai operasi militer khusus di Ukraina. Pemimpin Rusia menganggap sanksi itu mirip dengan deklarasi perang ekonomi.