Bagikan:

JAKARTA - Pengumuman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah mendapatkan berbagai kritikan dari sejumlah kalangan. Pasalnya, dengan menaikan BBM, kemacetan di Jakarta masih belum terurai.

Pengamat Transportasi Azas Tigor Nainggolan mengatakan, Sabtu, 4 September, kemarin harga BBM jenis Pertalite dan Solar sudah naik dan dikurangi subsidinya. Menaikan harga BBM dan mengurangi atau menghapuskan harga BBM bisa digunakan untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi.

Berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi diharapkan untuk mengurangi kemacetan di jalan raya. Namun pada kenyataannya, kemacetan di Jakarta masih belum terurai meski sudah diumumkan kenaikan harga BBM.

"Kok sudah dikurangi subsidi BBM dan dinaikan harga BBM tapi jalan di Jakarta masih macet saja. Ternyata harga BBM yang tinggi masih belum berpengaruh bagi pengguna kendaraan bermotor pribadi. Tinggi penggunaan kendaraan pribadi adalah masalah utama pemborosan penggunaan BBM dan subsidi jika masih diberikan," katanya saat berbincang dengan VOI, Senin, 5 September.

Azas menyebutkan, masih macetnya jalan raya meski harga BBM naik sebaiknya harus dibarengi dengan kebijakan lain untuk mengurangi kemacetan. Pengurangan kemacetan diharapkan bisa menurunkan pemborosan penggunaan BBM.

"Pemerintah daerah harus saling membahu membantu agar subsidi BBM yang masih ada diberikan pada BBM jenis Pertalite dan Solar agar efektif penggunaannya. Pemerintah pusat bersama pemerintah daerah harus melaksanakan kebijakan membangun sistem layanan angkutan umum yang terintegrasi, agar masyarakat lebih menggunakan angkutan umum dan merumahkan kendaraan bermotor pribadinya," ujarnya.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mengumumkan harga bahan bakar minyak (BBM) naik per hari ini, Sabtu, 3 September. Jokowi mengatakan subsidi BBM akan dialihkan untuk bantuan yang lebih tepat sasaran.

"Ini adalah pilihan terakhir pemerintah yaitu mengalihkan subsidi BBM. Sehingga, harga beberapa jenis BBM yang selama ini mendapat subsidi akan mengalami penyesuaian," ujar Jokowi dalam konferensi pers, Sabtu, 3 September lalu.

Secara pribadi Jokowi mengatakan, sebenarnya ingin harga BBM di dalam negeri tetap terjangkau dengan memberikan subsidi APBN. Namun dia mengatakan anggaran subsidi BBM terus naik. Terlebih, kata Jokowi, saat ini 70 persen subsidi BBM lebih banyak digunakan oleh kelompok ekonomi mampu, yaitu pemilik mobil pribadi.