Bagikan:

JAKARTA - Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai dirasakan para sopir pengangkut sayuran di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Kenaikan harga BBM jenis Pertalite membuat pendapatan para sopir berkurang drastis.

Pasalnya, para sopir dilema ketika angkutan miliknya tidak mendapatkan pembayaran ongkos yang sesuai dengan kenaikan harga BBM. Para sopir juga belum mau menaikan tarif angkutan padahal sopir terbebani pengeluaran.

"Dengan kenaikan harga BBM saat ini ongkos penjemputan sayur-mayur harus ada kenaikan, biar sebanding dengan pengeluaran kita," kata Bayu, salah satu sopir angkutan sayur di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin, 5 September.

Bayu menjelaskan, biasanya dalam tiap sekali antar angkutan sayur dari Pasar Kramat Jati ke wilayah Tanah Tinggi, Bayu memberikan tarif Rp500 ribu sekali antar. Ketika ada kenaikan BBM, dirinya terpaksa mematok harga Rp 550 ribu sekali antar.

"Tarif ongkos naik Rp50 ribu. (dampak BBM) Sudah mulai terasa dari kita pengisian pertalite saja yang biasanya Rp100 ribu dapat banyak, sekarang cuma 10 liter. Kita harus nambah lagi 25 persen (beli bensin)," ujarnya.

Hal senada juga dikatakan Rafles Silaban, salah satu sopir angkutan umum lainnya di Pasar Induk Kramat Jati. Rafles mengaku imbas dari kenaikan harga BBM akan ada dampaknya.

"Dampaknya itu kita jadi berkurang pendapatannya, terus pedagangnya belum tentu mau menaikkan ongkos. Mungkin pedagangnya belum terbiasa menaikan ongkos dan perlahan nanti mulai mengerti," ujarnya.

Imbas yang sangat dirasakan dari kenaikan harga BBM, lanjut Rafles, lebih kepada pengeluaran dirinya.

"Contoh biasanya ngisi BBM 67 ribu per 10 liter, tapi sekarang jadi 100 ribu. Tapi pendapatannya sama aja, saat ini masih harga normal tapi pengeluarannya kita (supir) bertambah," ujarnya.