Bagikan:

JAKARTA - Imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), gelombang unjuk rasa mulai terlihat di sejumlah titik di Jakarta. Sejumlah elemen mahasiswa dan masyarakat menolak kenaikan BBM itu karena dinilai semakin menyulitkan ekonomi masyarakat.

Ketua Umum PB PMII Abdullah Syukri mengatakan, diperkirakan sebanyak 2.000 orang turun ke jalan menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di kawasan Istana Merdeka, Senin, 5 September.

"Terkonfirmasi 2.000 orang kurang lebih," ujar Syukri.

Aksi kali ini membawa empat tuntutan kepada pemerintah.

"Kami Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bersikap, menolak secara tegas kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi," ujarnya.

Mahasiswa dan buruh juga berencana mengadakan aksi demonstrasi tolak kenaikan harga BBM di Istana Negara dan Gedung DPR RI.

Selain itu, mereka juga membawa tuntutan yakni mendesak pemerintah untuk serius dan sungguh-sungguh memberantas mafia BBM.

Kemudian, mendesak pemerintah untuk segera menerapkan kebijakan subsidi tepat sasaran.

"Keempat, mendorong pemerintah untuk membuka keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan penyaluran BBM bersubsidi," katanya.

Menurut Syukri, kenaikan harga BBM akan berdampak buruk bagi masyarakat menengah ke bawah. Hal tersebut akan mempercepat terjadinya inflasi yang tinggi dan meningkatkan jumlah orang miskin di Indonesia.

"Kenaikan harga BBM tentu menyentuh inflasi secara umum karena akan merambat ke seluruh sektor termasuk harga-harga komoditas kebutuhan dasar masyarakat," ucapnya.

Menurut Syukri, menaikkan harga BBM akan mengganggu perputaran roda ekonomi dalam sektor-sektor strategis negara, terutama sektor transportasi, industri, pertanian, kelautan, pariwisata dan sektor lainnya.

"Semestinya pemerintah fokus untuk memberantas penyalahgunaan penerima manfaat BBM bersubsidi," ucapnya.