Bagikan:

JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir tampil konsisten di bursa elektabilitas calon wakil presiden (cawapres) terkuat untuk Pilpres 2024 pada temuan survei terbaru yang dirilis lembaga Poltracking Indonesia.

Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga, menilai Erick Thohir memang salah satu kandidat yang layak menjadi capres atau cawapres 2024. Indikasinya, elektabilitas Erick menunjukkan tren meningkat.

"Walaupun bila dibandingkan dengan Anies Bawesdan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, elektabilitas Erick memang masih kalah jauh. Namun dengan kenaikan elektabilitasnya belakangan ini, ada harapan Erick menjadi kandidat yang diperhitungkan," ujar Jamiluddin, Sabtu, 3 September.

Apalagi belakangan ini, lanjutnya, Erick secara tidak langsung mendapat dukungan dari Presiden Joko Widodo. Jokowi, menurut Jamiluddin, seperti saat di Papua terkesan meng-endorse Erick. "Hal itu tentunya berpeluang mendongkrak elektabilitas Erick," katanya.

Selain itu, Jamiluddin menilai, relawan di berbagai daerah juga terlihat terus bergerak untuk meyakinkan kelayakan Erick menjadi capres. Hal ini juga dapat mendongkrak elektabilitas Erick.

"Kapasitas sebagai Menteri BUMN juga menjadi nilai jual bagi Erick menjadi capres atau cawapres. Suka tidak suka, kinerjanya sebagai Menteri BUMN sangat baik. Bahkan dengan bersih-bersih di BUMN dapat mengangkat pamornya sebagai capres atau cawapres anti korupsi," jelasnya.

Selain itu, menurut Jamiluddin, kemampuan finansial Erick juga sangat mendukung dirinya menjadi capres atau cawapres. Erick dapat mandiri membiayai kampanyenya, sehingga ketergantungan kepada pemilik modal (naga) dapat diminimalkan.

"Dengan begitu, Erick tidak akan dapat didikte para naga bila nantinya menjadi capres atau cawapres," katanya.

"Semua itu memang menjadi nilai jual Erick untuk dipasarkan ke masyarakat. Bila masyarakat mengetahui kapasitas Erick, maka elektabilitasnya berpeluang akan terdongkrak lebih tinggi lagi," lanjutnya.

Meski demikian, Jamiluddin menilai Erick tampaknya lebih pas menjadi cawapres. Erick, kata dia, dapat diduetkan dengan beberapa kandidat lainnya yang saat ini elektabilitasnya sudah tinggi.

Sebagai cawapres, tambah Jamiluddin, Erick sangat diperlukan mengingat ke depan masalah ekonomi sangat menonjol. Kapasitasnya di bidang tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan ekonomi bila ia menjadi wakil presiden.

"Masalahnya, adakah partai politik yang serius mengusungnya? Tentu waktu yang akan menjawabnya," kata Jamiluddin.

Sebelumnya, Elektabilitas Erick Thohir konsisten di deretan cawapres terkuat ketika disimulasikan dengan 10 nama. Mantan Presiden Inter Milan itu konsisten masuk ke 4 besar cawapres terkuat pada survei Poltracking yang dirilis baru-baru ini.

Meskipun terhitung figur baru, namun Erick Thohir mampu bersaing dengan nama-nama yang sudah lama berkecimpung pada perpolitikan di Tanah Air. Seperti Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil dan Menparekraf yang sempat mencalonkan diri sebagai cawapres pada 2019 silam, Sandiaga Uno.

“Dalam simulasi surat suara 10 nama cawapres, Ridwan Kamil 12,6 persen, diikuti Sandiaga Uno 11,9 persen. Disusul AHY 11,7 persen dan Erick Thohir 10,8 persen,” ujar Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda di acara Rilis Survei Nasional Poltracking Indonesia yang bertajuk “Proyeksi Peta Koalisi Pilpres 2024”, Rabu, 31 Agustus.