BI Tegaskan Penguatan Rupiah karena Baiknya Fundamental Ekonomi Indonesia
Ilustrasi. (Foto: Bank Indonesia)

Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah dalam tren menguat belakangan ini. Bank Indonesia mencatat, ada penguatan 1,74 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2019.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan, penguatan rupiah sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia, semakin baiknya mekanisme pasar, dan keyakinan para pelaku pasar terhadap kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia serta pemerintah.

"Penguatan rupiah juga didorong pasokan valas dari para eksportir serta aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut sejalan prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, daya tarik pasar keuangan domestik yang tetap besar, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda," ujar Perry di Jakarta, Kamis 23 Januari.

Ia menambahkan, struktur pasar valas juga semakin kuat ditandai dengan meningkatnya volume transaksi dan kuotasi yang lebih efisien, serta makin berkembangnya pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) yang kemudian mendukung peningkatan efisiensi pasar valas.

"Secara keseluruhan, penguatan nilai tukar rupiah memberikan dampak positif terhadap momentum pertumbuhan ekonomi dan stabilitas makroekonomi," jelasnya.

Ke depan, lanjut Perry, Bank Indonesia memandang nilai tukar rupiah akan tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar yang terjaga. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik pasar uang maupun pasar valas.

Sebelumnya, ada kekhawatiran bahwa nilai tukar rupiah yang terus menguat melalui pernyataan Presiden Jokowi. Ia sempat mengungkapkan kekhawatirannya akan penguatan kurs rupiah yang begitu cepat.

"Nilai tukar rupiah kita menguat. Kalau menguatnya terlalu cepat kita harus hati-hati. Ada yang tidak senang dan ada yang senang. Eksportir pasti tidak senang karena rupiah menguat, menguat, menguat," kata Jokowi.

Jokowi menambahkan, jika nilai tukar rupiah terus menguat, tidak hanya eksportir yang tidak senang, tetapi juga dapat membuat impor melonjak. Dampaknya bisa berujung pada defisit neraca dagang yang membengkak, dan tentunya memperlebar lagi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah hari ini menguat 7 poin atau 0,05 persen dan berakhir di level Rp13.639 per dolar AS.