Kasus Cacar Monyet Pertama Ditemukan di Jakarta, Dinkes Ingatkan Tak Berstigma Negatif Usir Nakes dari Kos Seperti Awal COVID-19
Ilustrasi nakes menyiapkan peralatan kesehatan bagi pasien COVID-19. (Antara-Raisan Al Farisi)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Dwi Oktavia meminta agar masyarakat tak menuai stigma negatif terhadap kasus cacar monyet atau monkeypox pertama Indonesia yang ditemukan di Jakarta.

Pada awal masa pandemi COVID-19, muncul stigma negatif yang berkembang di masyarakat kepada kasus konfirmasi pertama virus corona tersebut. Kemudian, stigma itu juga menyasar kepada tenaga kesehatan (nakes).

"Jangan sampai masyarakat menstigma, karena pada saat awal-awal COVID-19 ada sebagian kelmopok kecil mengalami stigma negatif. Misalnya, tenaga kesehatan yang diusir dari tempat kos," kata Dwi kepada wartawan, Jumat, 26 Agustus.

Dwi menuturkan, pandemi COVID-19 yang telah berjalan selama lebih dari dua tahun tentu telah memberikan pelajaran kepada tenaga kesehatan terhadap bagaimana mereka menanggulangi kasus cacar monyet.

Sehingga, ketakutan hingga stigma negatif masyarakat terhadap orang yang terkonfirmasi maupun tenaga kesehatan yang menangani kasus cacar monyet, menurut Dwi, tak perlu terjadi.

"Tenaga kesehatan dalam melaukan tindakan sudah menggunakan APD yang baik sehingga, mereka tidak selayaknya dijauhi," ungkap Dwi.

"Justru kita harus mendukung pekerjaan nakes ini. Mereka berusaha untuk mengelola pasien yang datang dengan baik, termasuk tracing agar dapat dukungan pada saat ada masyarakat yang harus diwawancara karena mungkin punya riwayat kontak erat dan perlu dipantau tiap hari, mohon juga didukung masyarakat," lanjutnya.

Lebih lanjut, Dwi menerangkan, pada dasarnya masyarakat cukup menerapkan pola hidup bersih dan sehat untuk menghindari penyakit yang biasanya menular lewat kontak langsung tersebut.

Terdapat empat perilaku hidup bersih dan sehat sebagaimana anjuran pada ahli, yakni sering mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, kemudian tidak menggunakan handuk atau peralatan pribadi bersama-sama.

Selanjutnya, hindari melakukan kontak dengan siapa pun yang memiliki gejala, termasuk tidak melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan. Serta, bagi penderita, perlu melakukan isolasi diri dengan baik untuk menghindari penularan ke orang lain.

"Saya titip pesan agar masyarakat tidak perlu panik tapi waspada. Kemudian, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dan cuci tangan. Karena, ini penularan ini biasanya lewat kontak lesi, maka kebiasaan untuk mencuci tangan pakai air mengalir dan sabun atau handsanitizer itu harus dipertahankan," tandasnya.