JAKARTA - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menjelaskan sejumlah upaya pencegahan penularan cacar monyet atau monkey pox yang kini kasus pertamanya ditemukan di Jakarta.
Widyastuti menerangkan, pada dasarnya masyarakat cukup menerapkan pola hidup bersih dan sehat untuk menghindari penyakit yang biasanya menular lewat kontak langsung tersebut.
"Masyarakat diimbau tidak panik, tetapi tetap waspada. Upaya mencegah penularan cacar monyet dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)," kata Widyastuti dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Selasa, 23 Agustus.
Terdapat empat perilaku hidup bersih dan sehat sebagaimana anjuran pada ahli, yakni sering mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, kemudian tidak menggunakan handuk atau peralatan pribadi bersama-sama.
Selanjutnya, hindari melakukan kontak dengan siapa pun yang memiliki gejala, termasuk tidak melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan. Serta, bagi penderita, perlu melakukan isolasi diri dengan baik untuk menghindari penularan ke orang lain.
Selain itu, masyarakat perlu mengetahui bahwa gejala cacar monyet umumnya diawali dengan demam, sakit kepala dan pembengkakan kelenjar getah bening yang ditemukan di leher, ketiak atau lipat paha (selangkangan). Selain itu, gejala umum ini dapat disertai keluhan nyeri otot, sakit punggung, dan rasa lelah yang berkepanjangan.
"Setelah 1-3 hari sejak demam, gejala akan disusul dengan munculnya ruam pada kulit di beberapa bagian tubuh, berbentuk bintik merah seperti cacar, melepuh kecil berisi cairan bening atau berisi nanah yang kemudian menjadi keropeng dan rontok. Jumlah lesi atau luka atau lenting gelembung berisi cairan di kulit dapat sedikit maupun beberapa buah yang tersebar," urai Widyastuti.
BACA JUGA:
Selain dapat menular melalui kontak langsung dari hewan yang sakit ke manusia, cacar monyet juga dapat ditularkan antarmanusia maupun melalui benda yang terkontaminasi oleh virus. Kendati demikian, penularan cacar monyet antarmanusia tidaklah mudah.
Penularan dari manusia ke manusia dapat melalui kontak erat dengan droplet, cairan tubuh atau kontak langsung kulit ke kulit yang terdapat ruam, termasuk melalui kontak seksual.
"Penularan juga dapat terjadi melalui kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi, seperti pakaian, tempat tidur, handuk atau peralatan makan/piring yang belum dicuci," tandasnya.