Bagikan:

DENPASAR - Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Bali mengungkap penyebab ledakan gas di upacara Nganen massal di Desa Belega, Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali.

Kabid Humas Polda Bali Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto mengatakan, saat terjadi ledakan dan kebakaran, kompor dalam posisi hidup.

Saat itu kompor sedang melakukan proses pembakaran petulangan atau jenazah.

"Dari hasil pemeriksaan dan olah TKP, ledakan dan kebakaran ditemukan lokasi ledakan, berada di dalam tabung minyak kompor yang terlempar sejauh 32 meter arah utara, lokasi awal tabung dengan alas tabung terlepas dan tertinggal di lokasi awal tabung," kata Kombes Bayu, Senin, 22 Agustus.

Penyebab terjadinya ledakan hinggaa muncul kebakaran karenaterjadi kebocoran pada selang kompor. Bahan bakar yang keluar dari selang yang bocor tersebut tersambar api proses pembakaran petulangan atau jenazah.

"Kemudian merambat ke dalam tabung minyak campuran solar dan pertalite sehingga terjadi ledakan disertai kebakaran. Untuk barang bukti yang ditemukan dan diambil di sekitar lokasi ledakan dan api pertama, kebakaran berupa swab tabung minyak kompor dan selang kompor untuk pemeriksaan lebih lanjut di lab," papar Kombes Bayu.

Diberitakan sebelumnya, dua orang korban ledakan kompor saat ngaben (kremasi) massal di Desa Adat Selat, Desa Blega, Gianyar, akan dioperasi di RSUP Prof Ngoerah, Bali, pada Selasa (23/8), setelah kondisinya kini stabil.

"Kedua pasien ini rencananya dilakukan tindakan operasi pembuangan jaringan mati, kita lakukan besok pagi, pasien berumur 11 tahun dan 32 tahun," kata staf Medis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik RSUP Prof Ngoerah Dr dr Agus Roy Rusly Hariantana di Denpasar, Senin, 22 Agustus.

Dua pasien yang akan dioperasi terlebih dahulu adalah IGNP (11) dan Ketut Adi Wiranata (32). Roy menuturkan bahwa operasi ini bertujuan untuk membuang jaringan mati dan pengambilan kulit baru agar tidak terjadi infeksi, dan saat ini kondisi kedua pasien telah stabil.

"Hari ini kita optimalkan kondisi pasien, kita lihat kondisinya, apakah darahnya normal atau tidak, andai nanti darahnya turun kita siapkan dengan transfusi darah," ujar Roy.

Roy menjelaskan, kedua korban ledakan kompor yang akan dioperasi besok pagi saat ini telah sadarkan diri dan dapat menerima asupan makanan dan minuman. Ketika datang keduanya mengalami luka bakar di bawah 70 persen.

"Pasien usia 11 tahun ini dengan ruas luka bakar 38 persen, termasuk persentase cukup tinggi untuk anak-anak. Saat ini kondisinya stabil, tapi ada demam sedikit. Lalu yang usianya dewasa, luka bakarnya 54 persen atas nama Ketut Adi Wiranata, kondisinya cukup stabil karena tidak ada sesak dan panas," katanya.

Selain itu, ada dua pasien lainnya atas nama Gusti Made Budiarta (49) dan Kadek Dwi (30), rencananya dioperasi pada hari Rabu (24/8) menyesuaikan dengan kondisinya terlebih dahulu.

Saat ini RSUP Prof Ngoerah masih menangani empat pasien korban ledakan kompor ngaben massal di Gianyar. Dari total sembilan korban, sebanyak enam orang dengan luka bakar paling berat ditangani rumah sakit ini, namun dua orang pasien dengan luka bakar mencapai 98 persen dan 94 persen telah meninggal dunia.

Dua pasien tersebut bernama Bagus Oskar (33) dan IKGP (14). Dr Roy menuturkan bahwa penyebab kematian dari kasus luka bakar ini berada di fase awal kejadian seperti kekurangan cairan, gangguan napas, dan hipotermia.

"Di mana dua kasus ini lebih dari 90 persen dengan ada cedera napas, itu kemungkinan bertahannya kecil. Jadi, kita sudah berusaha secara optimal melakukan tindakan untuk kedua pasien," ujarnya.

Peristiwa ledakan kompor itu terjadi pada Jumat (19/8) malam saat upacara ngaben massal, ledakan seketika berlangsung saat proses pembakaran jenazah di sisi petulangan singa saat masyarakat tengah berkerumun.