Bagikan:

JAKARTA - Ukraina menegaskan tidak terlibat dalam peristiwa ledakan bom mobil di luar Moskow, yang menewaskan putri seorang ideolog ultra-nasionalis Rusia yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Darya Dugina, putri dari ideolog terkemuka Alexander Dugin, tewas pada Sabtu malam setelah sebuah peledak diduga meledakkan Toyota Land Cruiser yang dikendarainya, kata penyelidik.

Kantor berita negara Rusia TASS mengutip Andrei Krasnov, seseorang yang mengenal Dugina, mengatakan kendaraan itu milik ayahnya dan kemungkinan dia adalah sasaran yang dituju.

Alexander dan Darya menghadiri sebuah festival di luar Moskow, dengan sang ayah memutuskan untuk bertukar mobil pada menit terakhir, lapor surat kabar pemerintah Rusia Rossiiskaya Gazeta.

Tayangan TV yang menyertai pernyataan penyelidik wilayah Moskow menunjukkan, petugas mengumpulkan puing-puing dan pecahan dari tempat ledakan terjadi.

Pernyataan yang menyebut Darya Dugina sebagai jurnalis dan pakar politik itu mengatakan, penyidik ​​telah membuka kasus pembunuhan dan akan melakukan pemeriksaan forensik.

Penyelidik sedang mempertimbangkan "semua versi" untuk mencari tahu siapa yang bertanggung jawab, katanya.

Kepala Komite Investigasi Rusia memerintahkan cabang pusat lembaga itu untuk mengambil alih penyelidikan.

"Sebuah alat peledak ditempatkan di bagian bawah mobil di sisi pengemudi," kata komite dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 22 Agustus.

"Darya Dugina, yang berada di belakang kemudi, meninggal di tempat kejadian. Penyelidikan percaya bahwa kejahatan itu direncanakan sebelumnya dan bersifat kontraktual," tandas komite.

Terpisah, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, jika jejak penyelidikan mengarah ke Ukraina, maka itu akan mengarah pada kebijakan 'terorisme negara' yang dilakukan oleh Kyiv.

Pihak Ukraina pun tegas membantah keterlibatan dalam peristiwa ledakan bom mobil tersebut.

"Saya menegaskan bahwa Ukraina, tentu saja, tidak ada hubungannya dengan ini karena kami bukan negara kriminal, seperti Federasi Rusia, dan terlebih lagi kami bukan negara teroris," tegas penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak, berbicara di televisi Ukraina.

Dia tampaknya menyalahkan perebutan kekuasaan internal antara "berbagai faksi politik" di Rusia atas pembunuhan itu, menilai insiden itu adalah balasan 'Karma' bagi para pendukung tindakan Rusia di Ukraina, seperti Dugina dan ayahnya.

Diketahui, Alexander Dugin, ayah Darya, telah lama menganjurkan penyatuan wilayah berbahasa Rusia dan wilayah lainnya, dalam Kekaisaran Rusia baru yang luas. Dia ingin kekaisaran itu memasukkan Ukraina, di mana pasukan Rusia saat ini melakukan apa yang disebut Moskow sebagai operasi militer khusus untuk melakukan demilitersisasi.

Pengaruh Dugin, yang ada dalam daftar sanksi AS, atas Presiden Rusia Vladimir Putin telah menjadi subyek spekulasi, dengan beberapa pengamat Rusia menyatakan bahwa pengaruhnya signifikan dan yang lain menyebutnya minimal.

Sementara, Darya Dugina, yang juga menggunakan nama keluarga Platonova dan dilaporkan oleh media pemerintah Rusia berusia 30 tahun, secara luas mendukung gagasan ayahnya dan muncul di TV pemerintah dengan haknya sendiri, untuk menawarkan dukungan bagi tindakan Rusia di Ukraina.

Dalam sebuah pernyataan pada Bulan Maret, Departemen Keuangan AS mengatakan Dugina telah dimasukkan dalam daftar sanksi AS.