Bagikan:

JAKARTA - Pasukan Militer Khusus Australia diduga membunuh 39 warga sipil Afghanistan. Dalam beberapa kasus tentara juniornya kedapatan mengeksekusi para tahanan dengan brutal. Setelahnya mereka akan membuat "cerita sampul" dan mengubur senjata dengan mayatnya.

Seperti diwartakan The Guardian, selama lebih dari empat tahun, Mayor Jenderal Paul Brereton menyelidiki tuduhan bahwa sekelompok kecil dalam elit Pasukan Udara Khusus dan resimen komando membunuh dan menganiaya warga sipil Afghanistan. Dalam laporannya, Brereton mengungkapkan oknum tersebut diduga menggorok leher, menyombongkan diri tentang tindakan mereka, tidak memberi tahu jumlah pembunuhan, dan mengubur telepon dan senjata pada mayat untuk membenarkan tindakan mereka.

Brereton menggambarkan tindakan pasukan khusus sebagai "penghinaan yang memalukan dan mendalam" dari Angkatan Pertahanan Australia. Beberapa insiden yang dijelaskan dalam laporan itu sangat mengkhawatirkan. Bukti menunjukkan tentara junior diperintahkan oleh atasan mereka untuk mengeksekusi tahanan dengan cara yang brutal. 

“Biasanya, komandan patroli akan mengambil seseorang di bawah kendali dan anggota junior... kemudian akan diarahkan untuk membunuh,” laporan itu menemukan. "Cerita sampul dibuat untuk tujuan pelaporan operasional dan untuk menangkis pengawasan."

Kepala Angkatan Bersenjata Australia, Jenderal Angus Campbell, berjanji untuk menindaklanjuti temuan laporan Brereton yang ia sebut memalukan, sangat mengganggu dan mengerikan tentang perilaku pasukan khusus Australia. Campbell mengatakan dia menerima semua 143 rekomendasi, termasuk merujuk melakukan penyelidikan khusus untuk mempertimbangkan kemungkinan kasus kriminal, karena itu adalah tugasnya "untuk memperbaiki keadaan".

Mencabut penghargaan

Jenderal Agus Campbell meramalkan akan ada perubahan struktur organisasi tentara dan tinjauan penghargaan. Sementara itu, sebutan berjasa yang diberikan kepada rotasi Kelompok Tugas Operasi Khusus yang bertugas di Afghanistan antara 2007 dan 2013 akan dicabut.

"Kepada rakyat Afghanistan, atas nama Angkatan Pertahanan Australia, saya dengan tulus dan tanpa pamrih meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan tentara Australia," kata Campbell dalam konferensi pers di Canberra. 

"Dan kepada rakyat Australia, saya dengan tulus minta maaf atas kesalahan yang dilakukan oleh anggota Angkatan Pertahanan Australia," katanya, seraya menambahkan bahwa mayoritas pasukan khusus "tidak memilih untuk mengambil jalan yang melanggar hukum ini."

Militer Australia dikerahkan bersama pasukan dari Amerika Serikat (AS) dan sekutu lainnya di Afghanistan setelah serangan 11 September 2001. Pada tahun-tahun berikutnya, serangkaian laporan mengerikan telah muncul tentang perilaku unit pasukan khusus elitnya, mulai dari seorang tahanan yang ditembak mati untuk menghemat ruang di helikopter hingga pembunuhan seorang anak berusia enam tahun di sebuah penggerebekan rumah.

AS juga sedang menyelidiki kemungkinan kejahatan perang di Afghanistan setelah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengesahkan penyelidikan awal tahun ini. Pengadilan juga akan menyelidiki tuduhan terhadap tentara Afghanistan dan pejuang bersenjata Taliban.