Bagikan:

JAKARTA - Aksi unjuk rasa di Bangkok, Thailand semakin memanas. Aksi unjuk rasa menuntut penghapusan monarki yang berlangsung damai selama berbulan-bulan, akhirnya berujung bentrok dengan polisi. Uniknya, para demonstran menggunakan pelampung bebek untuk menghalau serangan meriam air dan gas air mata dari polisi pada Rabu, 18 November.

“Kami akan melawan dengan damai. Penggunaan kekerasan pada orang dan pemuda tidak dapat diterima,” kata salah seorang pengunjuk rasa, Panusaya “Rung” Sithijirawattanakul, dikutip Reuters, Rabu, 18 November.

Pengunjuk rasa tampak mencoba memotong barikade kawat berduri dan merusak beton penghalang di luar parlemen Thailand. alhasil, polisi yang berjaga kemudian bereaksi. Polisi menembakan meriam air dan gas air mata. Karena itu, massa pun tak tinggal diam untuk mengindari serangan polisi. Mereka tampak telah menyediakan pelampung bebek.

Sayangnya, korban dari massa aksi pun turut berjatuhan. Tercatat, Pusat Medis Erawan Bangkok mengungkap sedikitnya 55 orang terluka, dengan 32 orang menderita gas air mata. Sedangkan enam lainnya mendapatkan luka tembak.

Meski begitu, pihak kepolisian justru menyangkal. Mereka mengungkap korban dengan luka tembak hanya dua orang. Itupun otoritasnya sedang menyelidiki kejadian tersebut. Atas peristiwa itu, Wakil Perdana Menteri Thailand, Prawit Mongsuwan mengungkap kepada wartawan bahwa pemerintah menyesalkan adanya orang-orang yang terluka. Sebab, Prawit ingin aksi unjuk rasa tetap berlangsung damai.

Sebelumnya, tak ada tanda-tanda akan aksi damai akan berujung bentrok. Namun, karena massa terus berdatangan, aksi pun menjadi tak terkontrol. Kendati demikian, para pengunjuk rasa tampak siap dengan kericuhan. Hal itu dilihat dari beberapa di antara pengunjuk rasa tampak membawa pelampung bebek sebagai perisai melawan hujanan meriam air dan gas air mata polisi.