Sebut Salah Tafsir soal 'Amplop Pesantren', PPP: Suharso Segera Temui Ulama dan Kiai
Suharso Monoarfa. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Syarifah Amelia, menyebutkan Ketua Umumnya, Suharso Monoarfa, akan segera menemui ulama dan kiai untuk dapat berbincang dan memohon masukan secara langsung terkait persoalan 'amplop Pesantren'. 

Hal itu dikatakan Amelia merespons potongan pidato Suharso dalam acara pembekalan antikorupsi politik cerdas berintegrasi di Gedung Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) beberapa waktu lalu.

Menurut Amelia, narasi yang diduga mengandung unsur hinaan terhadap kiai dan pesantren itu merupakan kesalahan penafsiran. Dia menjelaskan, para pengurus harian DPP PPP yang menghadiri acara pendidikan politik antikorupsi tersebut, menjadi saksi bahwa jika disimak secara utuh tanpa dipotong serta disesuaikan dengan konteks diskusi yang mengiringinya, tidak ada niat sama sekali dari Suharso Monoarfa untuk menyinggung perasaan para kiai.

"Bagi PPP, pesantren adalah salah satu garda terdepan pendidikan umat, sehingga dalam pendidikan anti korupsi, kita harapkan dapat dimulai dengan memahami betul perbedaan pemberian hadiah/bisyarah yang penuh kasih serta infak/shodaqoh yang berlandaskan keikhlasan dengan praktik yang mengarah pada gratifikasi di lingkungan pesantren," ujar Syarifah Amelia kepada wartawan, Sabtu, 20 Agustus. 

Amelia menilai, pernyataan Suharso tersebut tak lain untuk menanggapi permintaan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron agar PPP mampu memberikan warna politik yang berbeda.

"Bukan membenarkan yang biasa, tapi membiasakan yang benar. PPP harus mampu menjadi partai yang mewujudkan politik berketuhanan yang maha esa, bukan berkeuangan yang maha kuasa," kata Syarifah Amelia menirukan narasi Ghufron.

Kemudian pada akhir acara pembekalan, lanjut Amelia, Suharso selaku Ketum PPP menandatangani komitmen untuk membangun integritas internal parpol agar menolak politik uang dan praktik korupsi lainya. Bagi PPP, kata Amelia, penghormatan kepada ulama adalah salah satu cara PPP mengingat jati dirinya.

Amelia juga meyakini Suharso akan berupaya semaksimal mungkin untuk memperbaiki kesalahpahaman ini.

"PPP dibentuk ulama, diawasi ulama, memperjuangkan ulama. Hal ini yang selalu ditanamkan oleh para petinggi partai, termasuk Pak Suharso," kata Syarifah Amelia.

“Beliau sekali lagi menyampaikan tidak sedikit pun bermaksud untuk menyinggung kiai dan ulama, serta menyesalkan video pidato beliau yang dipenggal seadanya, namun beliau mengakui beliau sangat terpukul jika sampai ada ulama/kiai yang terluka karena hal ini,” imbuhnya.

Sebelumnya, pada kegiatan pembekalan antikorupsi kepada para pengurus PPP, Suharso Monoarfa mendapatkan kesempatan untuk memberikan sambutan.

Awalnya, Suharso menceritakan pengalaman pribadinya saat berkunjung ke pondok pesantren besar untuk meminta doa dari beberapa kiai yang menurutnya juga kiai besar.

"Waktu saya Plt. Ini demi Allah dan RasulNya terjadi. Saya datang ke kiai itu dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Ya, saya minta didoain kemudian saya jalan. Tak lama kemudian saya dapat pesan di whatsapp, Pak Plt, tadi ninggalin apa gak untuk kiai?," ungkap Suharso.

Suharso yang merasa tidak meninggalkan sesuatu di sana sempat menduga ada barang cucunya yang tertinggal di pesantren tersebut. Kata orang yang mengirim pesan ke dirinya menyebutkan bukan barang yang tertinggal.

Namun setelah dijelaskan bahwa harus ada pemberian untuk kiai dan pesantren, sambung Suharso, dia sempat menyebutkan tidak membawa sarung, peci, Alquran atau lainnya.

"Kayak gak ngerti aja Pak Harso ini, gitu Pak Guru. I've provited one, every week. Dan setiap ketemu Pak, ndak bisa Pak. Dan bahkan sampai saat ini, kalau kami ketemu di sana, itu kalau salamannya itu, gak ada amplopnya Pak, itu pulangnya itu, sesuatu yang hambar," lanjutnya.