Lagi, Ukraina dan Rusia Saling Tuding Aksi Penembakan di Dekat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
PLTN Zaporizhzhia. (Wikimedia Commons/Руслан Селезнёв)

Bagikan:

JAKARTA - Pejabat Ukraina dan Rusia melaporkan penembakan di dekat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia di Ukraina selatan pada Hari Senin, saling menyalahkan setelah Badan Energi Atom Internasional memperingatkan bencana jika pertempuran tidak berhenti.

Rusia dan Ukraina sakubf tuduh terkait penembakan di dekat pembangkit dalam beberapa hari terakhir, di tengah kekhawatiran bencana nuklir di pembangkit dekat Sungai Dnipro itu.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah memperingatkan, tentara Rusia yang menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, atau menggunakannya sebagai pangkalan untuk menembak, akan menjadi 'target khusus' Ukraina.

Yevhen Yevtushenko, kepala administrasi distrik Nikopol, yang terletak di seberang sungai dari Enerhodar, menyalahkan pasukan Rusia karena menembaki kota itu.

Sementara, Vladimir Rogov, seorang pejabat Rusia di kota itu mengatakan, selama dua jam terakhir ada sekitar 25 serangan artileri berat dari howitzer M777 buatan AS menghantam dekat pembangkit nuklir dan daerah pemukiman.

Kantor berita Rusia Interfax, mengutip layanan pers dari pemerintahan yang ditunjuk Rusia oleh Enerhodar, mengatakan, pasukan Ukraina melepaskan tembakan, dengan ledakan di dekat pembangkit listrik.

"Rusia berpikir dapat memaksa dunia untuk mematuhi persyaratan mereka dengan menembaki PLTN Zaporizhzhia (pembangkit tenaga nuklir)," tulis Andriy Yermak, kepala staf kepresidenan Ukraina di Twitter, dikutip dari Reuters 16 Agustus.

"Ini tidak akan terjadi. Sebaliknya, militer kita akan menghukum mereka dengan pukulan keras dengan presisi pada poin yang menyakitkan," tegas Yermak.

Terpisah, Natalia Humeniuk, juru bicara komando militer selatan Ukraina, mengatakan pada Hari Senin situasinya rumit tetapi terkendali.

"Musuh tidak berani maju melalui darat, tetapi menembaki wilayah di belakang dengan artileri dan roket," ungkapnya dalam jumpa pers.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres diketahui telah menyerukan pembentukan zona demiliterisasi di sekitar PLTN Zaporizhzhia.

Adapun juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, pihaknya akan melakukan semua yang bisa dilakukan untuk memungkinkan spesialis IAEA mengunjungi PLTN tersebut.

"Dalam kerja sama yang erat dengan badan tersebut dan kepemimpinannya, kami akan melakukan segala yang diperlukan agar spesialis IAEA berada di stasiun, memberikan penilaian yang jujur ​​atas tindakan destruktif pihak Ukraina," papar Zakharova.

Diketahui, militer Ukraina merencanakan serangan balasan untuk merebut kembali Zaporizhzhia dan provinsi tetangga Kherson, bagian terbesar dari wilayah yang direbut Rusia setelah invasi 24 Februari dan masih bertahan.