Pengakuan Anak Kru Kapal 'MV Sky Fortune' Viral, Sang Ayah 7 Bulan Tak Digaji Tertahan di Filipina dengan Kondisi Memprihatinkan
Ilustrasi- Proses pemulangan 200 WNI ABK dari Manila, Filipina, menuju Jakarta dengan pesawat sewaan Garuda Indonesia/ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Cuitan dari akun Twitter @maimeichil menyentuh hati warganet hingga viral. Pemilik akun mengaku sebagai anak dari salah satu crew kapal MV Sky Fortune yang saat ini berada di Tabaco, Filipina. Sang ayah sudah tertahan di lokasi selama 7 bulan lebih bersama beberapa crew kapal.

"Sy ingin meminta bantuan agar papa saya bersama 5crew Indonesia yg tertahan selama 7 bulan dikapal yg sudah tdk layak dan tdk mendapatkan gaji dapat dipulangkan," cuit @maimeichil dikutip VOI, Jumat, 5 Agustus. 

Dia mengaku kalau ayahnya bergabung sebagai crew kapal pada 5 Januari 2022 lalu. Pada 19 Januari kapal tersebut menabrak terumbu karang yang mengakibatkan kebocoran pada kapal sehingga merendam beberapa muatan beras yang dibawa.

"Setelah kejadian tersebut pihak perusahaan menyalahkan seluruh crew Indonesia karena kaptennya merupakan org Indonesia. Awalnya perusahaan menjanjikan pemulangan dan pembayaran gaji setelah selesai bongkar muatan kargo beras yang tidak rusak namun sampai skrg mereka masih dikapal," terangnya. 

Sayangnya hingga kini belum ada tanda-tanda kepulangan para crew. Pihak keluarga juga telah melaporkan pada KBRI Manila meminta bantuan kepulangan. Namun sampai sekarang belum mendapat tindakan.

Selain KBRI keluarga juga telah melapor pada Internasional Transport Workers Federation (ITF) untuk membantu mendapatkan gaji.

"Sampai saat ini, papa saya bersama teman-temannya yang lain telah 7bulan berada diatas kapal tersebut dengan kondisi kapal yang sudah tidak layak, kekurangan air bersih, makan seadanya, dan belum mendapatkan gaji satu bulan pun,"

"Diatas kapal tersebut ada 17 org. Beberapa org dari Filipina, Burma dan satu utusan dari perusahaan yg berasal dari China. Semua crew dari negara lain mendapatkan gaji kecuali crew Indonesia," terangnya.

Pada Maret lalu, keluarga telah melakukan zoom meeting bersama pihak KBRI Manila. Beberapa hari setelahnya mereka mengunjungi kapal yang berada di Tabaco, Filipina. Namun hingga kini kapal masih ditahan oleh otoritas Filipina. Perusahaan tidak peduli atas keberadaan crew di atas kapal. 

"Mereka tidak diperbolehkan meninggalkan kapal dan pihak KBRI Manila sampai sekarang belum memberikan kepastian atas penyelesaian kasus mereka. Terakhir dari ITF ke mama saya(28juli2022), karena mama saya selalu meminta kepastian atas kepulangan mereka serta kejelasan mengenai gaji," 

"Mohon doa dan bantuannya yaaa, semoga kasus ini dapat segera selesai. Karena kami harus melanjutkan hidup dan pendidikan namun bagaimana caranya jika tidak mendapatkan gaji satu bulan pun. Terlebih kondisi crew indonesia yg berada di kapal sangat mengkhawatirkan," cuit si akun. 

Terpisah Kementerian Luar Negeri telah menangani kasus enam WNI anak buah kapal (ABK) MV Sky Fortune yang telantar di Tabaco, Filipina.

“Mereka telah tinggal berbulan-bulan di atas kapal dan tidak dibayar gajinya,” ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu Judha Nugraha dalam konferensi pers secara daring dikutip dari Antara, Jumat, 5 Agustus. 

Judha mengatakan bahwa kasus tersebut sudah ditangani KBRI Manila sejak Maret lalu antara lain dengan meminta otoritas Filipina untuk segera merepatriasi para ABK tersebut.

Kemudian, KBRI meminta bantuan perawatan kesehatan kepada salah satu ABK yang sakit, serta dukungan logistik.

“Berbagai upaya koordinasi terus dilakukan dengan otoritas setempat untuk mempercepat proses repatriasi, termasuk kita mendorong agar kapal yang berada di Tabaco bisa segera dipindahkan ke wilayah yang lebih aman,” kata Judha.

Namun, kata Judha, proses repatriasi para ABK WNI masih terkendala beberapa tantangan.

Pertama, para kru kapal kita tidak memiliki agen perekrut awak kapal (maning agency) karena mereka naik ke atas MV Sky Fortune tidak secara prosedural.

“Mereka naik di tengah laut di perairan Batam, sehingga mereka tidak punya maning agencyyang bisa kita minta pertanggungjawaban,” kata Judha.

Kedua, ada tuntutan ganti rugi gangguan pengiriman kapal di mana kapten kapal dianggap bertanggung jawab dalam hal ini.

Ketiga, mengenai posisi kapal yang masih berada di Tabaco yang bukan merupakan pelabuhan yang ditujukan untuk pergantian kru (crew changes).

“Terkait dengan hal ini, informasi terakhir per tanggal 2 Agustus lalu otoritas Filipina telah menyampaikan informasi kepada KBRI Manila bahwa mereka tengah mencari lokasi untuk bisa memindahkan kapal, sehingga proses crew changes bisa segera dilakukan,” kata Judha.