Pilu! Rezim Militer Myanmar Tidak Izinkan Jenazah Aktivis yang Dihukum Mati Diambil, Keluarga Tidak akan Menggelar Pemakaman
Ilustrasi unjuk rasa anti-kudeta militer Myanmar. (Wikimedia Commons/MgHla (aka) Htin Linn Aye)

Bagikan:

JAKARTA - Rezim militer Myanmar ternyata tidak mengizinkan pihak keluarga bertemu langsung dengan para aktivis demokrasi yang dihukum mati, dikatakan tidak mengizinkan pihak keluarga mengambil jenazah mereka.

Empat aktivis demokrasi Myanmar dijatuhi hukuman mati dalam persidangan rahasia pada Januari dan April lalu. Mereka dituduh membantu gerakan perlawanan sipil yang telah memerangi militer sejak kudeta tahun lalu, dan tindakan keras berdarah terhadap protes nasional.

Di antara mereka yang dieksekusi adalah juru kampanye demokrasi Kyaw Min Yu, lebih dikenal sebagai Jimmy, dan mantan anggota parlemen dan artis hip-hop Phyo Zeya Thaw, sekutu pemimpin terguling Aung San Suu Kyi. Dua orang lainnya yang dieksekusi adalah Hla Myo Aung dan Aung Thura Zaw.

Media pemerintah mengatakan "hukuman telah dilakukan", tetapi tidak mengatakan kapan, atau dengan metode apa. Eksekusi sebelumnya di Myanmar dilakukan dengan cara digantung.

Keluarga dari orang-orang yang dieksekusi tidak diberi kesempatan untuk mengambil tubuh orang yang mereka cintai, kata Thazin Nyunt Aung, istri Phyo Zeyar Thaw, membandingkannya dengan para pembunuh yang menutupi kejahatan mereka.

"Ini membunuh dan menyembunyikan mayat," katanya kepada Reuters, seperti dikutip 26 Juli. "Mereka tidak menghormati rakyat Myanmar dan komunitas internasional."

Sementara itu, Nilar Thein, istri Kyaw Min Yu mengatakan, dia tidak akan mengadakan pemakaman tanpa jenazah.

"Kita semua harus berani, bertekad dan kuat," tulisnya di Facebook.

Orang-orang itu ditahan di penjara Insein Yangon, tempat keluarga mengunjungi Jumat lalu, menurut seseorang yang mengetahui peristiwa tersebut. Kendati, petugas penjara hanya mengizinkan satu kerabat untuk berbicara dengan para tahanan melalui panggilan video.

"Saya kemudian bertanya 'mengapa Anda tidak memberi tahu saya atau putra saya bahwa itu adalah pertemuan terakhir kami?'" Khin Win May, ibu dari Phyo Zeyar Thaw, mengatakan kepada BBC Burma.

Sementara itu, rezin militer tidak menyebutkan eksekusi itu di buletin berita televisi malamnya pada Hari Senin.

Diberitakan sebelumnya, juru bicara rezim militer Myanmar Zaw Min Tun mengatakan eksekusi itu tidak bersifat pribadi, tetapi dilakukan di bawah hukum dan orang-orang itu diberi kesempatan untuk membela diri.

Dia mengatakan, pemerintah militer tahu eksekusi itu, yang pertama dalam beberapa dekade di Myanmar, akan menuai kritik dari berbagai pihak.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus menyatukan situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.