JAKARTA - Perdana Menteri Fumio Kishida mengumumkan, Jepang akan menggelar pemakaman kenegaraan pada Musim Gugur, untuk menghormati mendiang Shinzo Abe yang tewas terbunuh pekan lalu saat berkampanye di Kota Nara.
Awal pekan ini, pemakaman pribadi diadakan untuk pemimpin terlama di Jepang dan dihadiri oleh anggota keluarga yang berduka, serta sejumlah kerabat dan orang lain terbatas yang dekat denganya.
Terakhir kali Jepang mengadakan pemakaman negara adalah pada tahun 1967 untuk Shigeru Yoshida, yang menjabat sebagai perdana menteri saat negara itu bangkit dari reruntuhan akibat Perang Dunia II.
"Dengan melakukan pemakaman kenegaraan, kami berduka (kematian) untuk mantan Perdana Menteri Abe, menunjukkan tekad kami untuk membela demokrasi dengan tegas tanpa menyerah pada kekerasan," kata PM Kishida pada konferensi pers, melansir Kyodo News 14 Juli.
Kematian mendadak Abe sesaat sebelum pemilihan Dewan Penasihat hari Minggu mengejutkan negara itu, yang dikenal dengan kontrol senjata yang ketat dan kekerasan politik yang jarang terjadi.
PM Kishida mengatakan, mendiang Abe pantas mendapatkan pemakaman kenegaraan karena kontribusinya yang signifikan bagi Jepang, termasuk memimpin upaya pemulihan dari gempa bumi dan tsunami Maret 2011, yang memicu kecelakaan nuklir terburuk sejak Chernobyl, menghidupkan kembali ekonomi Jepang dan mengejar diplomasi berdasarkan aliansi Jepang-Amerika Serikat
Mendiang perdana menteri Abe sangat dipuji oleh masyarakat internasional, dan kematiannya akibat tindakan 'biadab' yang mengguncang fondasi demokrasi selama kampanye, telah menyebabkan berkabung dan belasungkawa yang ditawarkan di dalam dan luar negeri, kata Kishida
BACA JUGA:
Setelah kematian Abe, orang-orang berkerumun di luar kuil Buddha tempat pemakamannya diadakan Selasa, membentuk antrean panjang untuk meletakkan bunga dan memberi penghormatan di markas besar Partai Demokrat Liberal (LDP) di Tokyo.
Diberitakan sebelumnya, LDP, bersama dengan mitra koalisinya Komeito, meraih kemenangan besar pada Hari Minggu, dua hari pasca-penembakan Shinzo Abe.
PM Kishida telah berjanji untuk bergerak maju dengan diskusi tentang merevisi Konstitusi, tujuan Abe yang belum tercapai, yang tetap menjadi tokoh berpengaruh di dalam partai dan di lanskap politik Jepang, bahkan setelah ia mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada tahun 2020.