MAKASSAR - PT Bio Farma melakukan uji klinis fase 3 vaksin COVID-19 BUMN di Sulawesi Selatan, kepada 465 warga terdiri dari 113 orang di Kota Makassar dan 352 orang di Kabupaten Jeneponto.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Dr Lucia Rizka Andalucia saat melakukan kunjungan uji klinis fase 3 di Puskesmas Binamu, Jeneponto, Sulsel, menyebutkan pelaksanaan uji klinis merupakan hal terpenting dalam pembuatan vaksin menuju kemandirian vaksin di Indonesia.
"Pembuatan vaksin tidaklah mudah, ada tahapan sangat penting yang harus dilalui, yakni uji klinis," ujarnya dilansir ANTARA, Selasa, 12 Juli.
Menurut Doktor Rizka, vaksin tidak akan ada artinya tanpa memperoleh izin. Sementara izin ini sangat membutuhkan partisipasi masyarakat di Indonesia, seperti kontribusi yang ditunjukkan masyarakat Jeneponto melalui uji klinis.
Bagi Rizka, uji klinis ini momentum yang sangat penting bagi tenaga kesehatan puskesmas dan masyarakat karena bisa melakukan uji klinis bertaraf internasional yang nantinya diharapkan akan diakui oleh WHO atau Badan Kesehatan Dunia.
"Kontribusi Anda sangat besar bagi negara, termasuk negara lainnya yang telah menunggu vaksin COVID-19 BUMN milik Indonesia menuju kemandirian vaksin," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan M Rahman Roestan, Direktur Operasi Bio Farma bahwa masyarakat yang ikut terlibat dalam tahapan uji klinis telah mengukir sejarah dalam Kemandirian Vaksin COVID-19 di Indonesia.
Sebagai salah satu BUMN yang bergerak dalam bidang farmasi, Bio Farma juga telah melakukan kegiatan uji klinis fase 2 di Kabupaten Jeneponto dengan total subjek sebanyak 57 orang.
"Tanpa kontribusi masyarakat, tentu kami belum mendapatkan data yang cukup untuk menghasilkan produk vaksin COVID-19," kata dia.
BACA JUGA:
Vaksin COVID-19 BUMN yang telah diteliti disambut baik oleh Badan POM hingga perguruan tinggi. Sehingga dalam pelaksanaan uji klinis pada lima kota di Indonesia turut melibatkan perguruan tinggi, salah satunya Universitas Hasanuddin untuk wilayah Sulsel.
Peneliti Utama atau Principal Investigator dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Dr. dr. Martira Maddeppungeng, Sp.A(K) mengatakan bahwa tidak ada laporan yang berarti dari hasil uji klinis fase 2. Meski demikian, para subjek akan terus dipantau hingga setahun.
"Jadi kita mulai dari Jeneponto yang terlibat fase 2 dan terus memantau berapa kadar antibodi yang terbentuk. Pada fase 3 ini dilakukan dua tahap, subjek yang tersebar itu di 10 puskesmas dan kita juga lakukan paralel," ujarnya.