JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggandeng Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk mencegah lingkungan kampus dimanfaatkan jaringan terorisme.
"Kegiatan keagamaan di lingkungan kampus kerap digunakan jaringan teroris untuk menarik simpatisan," kata Kepala BNPT Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Boy Rafli Amar melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis 7 Juli.
Tidak hanya itu, kalangan mahasiswa juga rentan dipengaruhi propaganda radikal yang beredar di media sosial, ujar Kepala BNPT.
Menghadapi fenomena tersebut, civitas academica (masyarakat akademik) harus peka dan aktif dalam melakukan edukasi nilai agama yang baik, serta penguatan nilai-nilai konsensus bernegara, kata Boy Rafli.
Menurutnya, terorisme tidak sungkan menggunakan narasi-narasi agama untuk menyetujui kekerasan ekstrem. Oleh karena itu, semua pihak termasuk lingkungan kampus harus menarik dengan tegas garis demarkasi bahwa hal itu bukan ajaran agama.
"Mari kita perkuat wawasan kebangsaan, perkuat pemahaman terhadap empat konsensus dasar dan moderasi beragama," ajak dia.
BACA JUGA:
Berpikir inklusif
Sementara itu, Rektor Universitas Brawijaya Prof. Widodo mengakui pentingnya peran civitas academica untuk mencegah radikalisme dan terorisme.
Menurutnya, masyarakat di lingkungan kampus bisa mengambil peran melalui tri dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
"Edukasi cinta Tanah Air penting bagi mahasiswa. Dengan demikian muncul kerangka berpikir yang terbuka dan inklusif," kata dia.
Di satu sisi, ia mengatakan generasi muda perlu waktu untuk memahami jati dirinya.
Oleh karena itu, universitas menyiapkan unit aktivitas kemahasiswaan atau kegiatan yang meningkatkan profesionalisme, membangun cara pandang mahasiswa yang terbuka dan toleran terhadap perbedaan.
"Kita bisa bekerja sama dengan BNPT di Kawasan Terpadu Nusantara dalam rangka proses pengabdian masyarakat," kata Widodo.
Senada dengan itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Dr. Fauzan mengatakan saat ini seluruh aktivitas kampus selalu di bawah pengawasan pendidik. Tujuannya, untuk mencegah gerakan radikal.
"Kita harus membangun kesadaran bahwa negara ini tidak mungkin digotong oleh satu golongan. Apalagi, sebagai lembaga pendidikan yang notabene membangun peradaban ke depan, tentu wawasan nilai kebangsaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan," tegas Fauzan.
BNPT bersama kedua universitas tersebut sepakat melakukan kajian bersama terkait radikalisme dan terorisme. Kampus juga akan terlibat aktif dalam Kawasan Terpadu Nusantara yang didirikan BNPT untuk tujuan deradikalisasi berbasis kesejahteraan.