JAKARTA - Pandemi Corona Virus Disease 2019 atau COVID19 seperti kita ketahui bersama telah merestrukturisasi semua elemen perekonomian di dunia, termasuk juga juga di Indonesia. Dengan berubahnya kondisi dan kegiatan masyarakat seiring dengan adanya pandemi, berbagai sektor industri yang menjadi penopang kinerja perekonomian nasional mau tidak mau juga terkena imbasnya.
Industri Jasa Keuangan (IJK) sebagai backbone aktivitas perekonomian domestik sejauh ini juga terus mengalami tekanan, sehingga menuntut para pelaku industrinya untuk dapat tetap bertahan dengan beragam dan strategi dan inovasinya. Tak terkecuali di industri multifinance.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa di tengah berbagai tekanan yang dating, kinerja industri multifinance dalam negeri masih mampu bertahan di nilai mencapai Rp518 triliun, atau membukukan pertumbuhan hampir 3 persen dibanding tahun sebelumnya.
"Ini jelas prestasi yang patut diapresiasi, meski juga kita tahu tantangan ke depan masih demikian berat. Kita berharap pada triwulan kedua tahun depan perekonomian sudah bisa tumbuh kembali sekitar 4,5 persen. Dari sini, kita semua juga butuh dukungan dari berbagai sektor industri, termasuk dari industri multifinance sebagai bounceback agar perekonomian bisa membaik kembali," ujar Komisaris Utama sekaligus founder Warta Ekonomi, Fadel Muhammad, dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Jumat 30 Oktober.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, juga menyatakan optimismenya terhadap potensi dan kemampuan industri multifinance bertahan menghadapi tekanan pandemi ini. Suwandi menyatakan bahwa berdasarkan catatan asosiasi per Agustus 2020 lalu nilai piutang pembiayaan nasional minus 12,86 persen.
Lalu pembiayaan investasi yang juga berkontribusi cukup besar terhadap kinerja industri juga masih minus 12,24 persen. Sedangkan pembiayaan multiguna justru sedikit lebih besar penurunannya, yaitu tercatat mencapai 13,4 persen.
BACA JUGA:
"Di lain pihak kita bisa melihat penjualan mobil dan motor secara nasional juga turun drastis, bahkan sempat menyentuh angka 10 persen dibanding nilai rata-rata normal sebelum pandemi. Sedangkan kita tahu, mau tidak mau, faktanya industri pembiayaan kita sebesar 65 persen masih bergantung pada penjualan kendaraan bermotor," ujar Suwandi.
Namun demikian, Suwandi menegaskan bahwa para pelaku industri multifinance nasional masih tetap optimistis dalam melihat peluang perbaikan di tahun 2021 mendatang. Sebagaimana disampaikan oleh banyak ekonom, diperkirakan bahwa pada tahun depan perekonomian nasional sudah akan mampu tumbuh sekitar 4,5 hingga 5 persen.
Dari asumsi tersebut, kinerja industri multifinance disebut Suwandi masih bisa diharapkan untuk juga tumbuh sekitar 6-7 persen di sepanjang tahun 2021.
"Kami sepenuhnya yakin bahwa bagaimana pun juga kondisi ini harus kita lalui dan hadapi bersama. Kami dari asosiasi juga yakin bahwa perusahaan-perusahaan pembiayaan dengan pertumbuhan kinerja yang sehat akan terus hadir di masyarakat dan turut mengambil peran agar perekonomian nasional dapat terus berjalan semakin baik," tutur Suwandi.