JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa para investor baik dalam negeri maupun asing, tidak lagi berfokus di Pulau Jawa dalam menanam investasinya. Hal ini dibuktikan dengan investasi yang meningkat di luar Pulau Jawa.
"Di Luar Jawa Rp110,4 triliun atau 52,8 persen dan di Jawa Rp98,6 triliun atau 47,2 persen. Investasinya itu tidak lagi fokus pada Pulau Jawa tetapi sudah terjadi juga di luar Pulau Jawa," katanya, dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 23 Oktober.
Bahlil mengatakan, investasi di Pulau Jawa justru terjadi penurunan kurang lebih 12 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
"Jadi ini saya lihat bagus sekali ekspansi para investor di luar Pulau Jawa," tuturnya.
Lebih lanjut, Bahlil mengatakan, investor asing terbesar berasal dari Singapura. Hal ini juga karena negara tersebut adalah hub dari beberapa negara yang melakukan investasinya. Negara kedua terbesar yang berinvestasi di Indonesia adalah China, dan posisinya bahkan sudah melewati Jepang.
"Ini Jepang mudah-mudahan dengan kehadiran Perdana Menteri lebih memacu lagi investasinya. Karena bagaimana pun Jepang merupakan mitra yang lama dengan pemerintah dan mempunyai histori Indonesia merdeka. Kemudian Hong Kong 0,7 miliar dolar AS," katanya.
Menurut Bahlil, yang menarik adalah meningkatnya invetasi dari Belanda ke Indonesia. Jumlahnya mencapai 0,5 miliar dolar AS. Padahal, kata dia, saat ini negara Eropa tengah mengalami defisit akibat pandemi COVID-19.
"Eropa sekalipun pertumbuhan mereka defisit tetapi animo gairah mereka untuk investasi di Indonesia itu cukup luar biasa. Belanda ini juga menjadikan beberapa negada menjadi hub sebenarnya," ujarnya.
BACA JUGA:
Bahlil mengatakan, investasi asing yang masuk ke Indonesia, tidak terlepas dari persepsi yang selama ini dibangun pemerintah. Menurut dia, dengan melakukan perubahan regulasi melalui UU Omnibus Law Cipta Kerja, dampaknya sudah mulai bagus.
Penawaran Berbeda
Balil mengatakan, untuk atasi ketimpangan realisasi investasi di kota-kota Pulau Jawa dan Luar Jawa, BKPM menerapkan treatment yang berbeda. Salah satunya adalah insentif tax holiday yang berbeda.
"Kalau Luar Jawa kami berikan insentif yang lebih. Contoh tax holiday. Kalau tax holiday di Jawa kami berikan 10 tahun, kalau mereka mau bikin di Luar Jawa, yang daerahnya sulit itu pasti insentif fiskalnya kami naikkan menjadi 15 tahun contohnya," tuturnya.
Kemudian, kata Bahlil, BKPM juga memberikan penawaran yang berbeda tekait dengan barang yang diimpor. Misalnya, investor akan mendapatkan diskon yang lebih besar jika berinvestasi di Luar Jawa dibandingkan di Pulau Jawa.
"Kami berikan tax allowance. Ini instrumen yang kami tawarkan kepada teman-teman investor untuk kemudian bisa tanamkan modalnya di Luar Jawa. Karena hanya dengan itu orang bisa masuk," tuturnya.
Bahlil berujar, penawaran yang berbeda harus dilakukan pemerintah agar para investor baik dalam negeri mau berinvestasi di Luar Jawa. Sehingga, ketimpangan investasi antara Jawa dan Luar Jawa dapat diatasi.
"Kalau kami kasih jawa dan luar jawa insentif sama, mereka akan lebih memilih Jawa. Katakanlah tanah di Luar Jawa kami bisa kasih yang jauh lebih murah daripada Jawa," jelasnya.