Xenobots, 'Robot Hidup' Pertama yang Diciptakan dari Sel Katak
Robot hidup Xenobots (uvm.edu)

Bagikan:

JAKARTA - Secanggih apapun kemampaun manusia mengembangkan teknologi mungkin tidak akan bisa menciptakan makhluk hidup baru. Namun, untuk mengembangkan organisme yang ada dan menciptanya menjadi organisme baru, hal itu bukan lagi menjadi cerita fiksi ilmiah.

Seperti dikutip scientificamerican.com, ilmuwan dari Universitas Vermont Amerika Serikat berhasil melakukan eksperimen yang mengambil sel dari embrio katak, kemudian dikembangkan oleh algoritma sehingga tercipta organisme baru. Para peneliti menyebut hal itu sebagai 'mesin hidup (living machine)' pertama di dunia. 

'Mesin hidup' tersebut diambil dari sel induk asli katak Afrika bernama latin Xenopus Laevis. Oleh karena itu organisme semi robot ini diberi nama Xenobot. 

Dalam foto yang terlampir pada laman scientificamerican.com tersebut terlihat Xenobot masih berupa gumpalan daging, dan terlihat ada empat gumpalan yang menonjol dari tubuhnya. Gumpalan tersebut diketahui hanya memiliki ukuran sebesar 0,04 inci. 

Organisme ini bisa bergerak sendiri, menyembuhkan luka sendiri, dan bisa bertahan hidup selama berminggu-minggu. Sementara organisme ini juga berpotensi bisa digunakan untuk mengirim obat-obatan di dalam tubuh manusia. 

"Xenobot bukan robot tradisional atau spesies hewan yang sudah dikenal. Ini adalah penemuan baru: sebuah kehidupan, organisme yang dapat diprogram," kata Ahli Robotika dari Universitas Vermont Joshua Bongard. Ia juga adalah orang yang menjadi salah satu peneliti eksperimen tersebut. 

Dibantu program algoritma

Dalam pembentukannya, algoritma berperan menciptakan evolusi pada sel. Sel tersebut bisa tumbuh dengan mengembangkan kulit dan jantung dari sel induk, sehingga menjadi jaringan yang terdiri dari ratusan sel. Sel itu kemudian bergerak dari rangsangan yang dihasilkan jaringan otot jantung. 

Pada prosesnya, para ilmuwan memberi kontrol komputer kepada Xenobots, seperti membantu agar otot-otot jaringan Xenobot bisa maksimal, dan membuat organisme itu bisa memungkinkan bergerak di tempat berair. Selain itu, bot --program komputer otomatis-- yang berkinerja terbaik akan melakukan proses 'reproduksi'. Lalu seperti halnya prinsip evolusi alami, bentuk tidak sempurna yang muncul akibat proses tersebut akan dihapus secara otomatis oleh program komputer. 

Prinsip kerja algoritma evolusi tersebut kemudian diterapkan dalam sel induk agar menciptakan sebuah bentuk tiga dimensi yang sudah dirancang. Sehingga sel induk yang diambil dari embrio katak itu bisa menjadi organisme baru. 

Selain itu salah satu tim peneliti Michael Levin, mengatakan penemuan baru ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Termasuk di antaranya untuk mengatasi masalah kontaminasi radioaktif, mengumpulkan mikroplastik di laut atau bahkan menggali plak dari arteri manusia.