JAKARTA - Badan Intelijen Negara (BIN) membantah dalam penggunaan mortir dari Serbia dalam serangan ke beberapa desa di Papua. Laporan penggunaan mortir disampaikan kelompok pemantau yang berbasis di London, Conflict Armament Research (CAR) sebagaiman ditulis Reuters, Kamis, 16 Juni lalu.
Analis politik Boni Hargens menyayangkan adanya penyebaran hoaks seperti ini di tengah situasi politik menjelang 2024 yang cendrung kurang stabil.
"Isu macam itu sengaja dihembuskan untuk memperkeruh suasana. Para pelaku tahu situasi politik lagi kurang stabil karena partai-partai pemerintah sebagian sibuk berkampanye untuk 2024 dan hanya sebagian yang masih konsisten membantu presiden. Isu macam ini jelas untuk menciptakan destabilisasi politik”, kata Boni saat dihubungi media di Jakarta, Sabtu, 18 Juni.
Boni mengapresiasi ketegasan BIN dalam membantah isu tersebut. "Bahwa memang tidak ada penggunaan senjata macam itu oleh BIN. Artinya, ya case closed. Kalau masih ada yang menyebarkan fitnah macam ini, jelas mereka bertujuan merusak stabilitas bangsa dan ingin merongrong negeri ini dari dalam”, kata Boni.
Terpisah, pakar Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menyatakan kekesalannya karena banyak pihak yang tak bertanggungjawab dalam menggunakan media massa.
Berita-berita seperti ini senagaja ditebarkan untuk merusak kepentingan umum dan ketentraman masyarakat. "Itu yang saya lihat dengan menyebarkan informasi palsu tentang BIN menggunakan mortir dari Serbia itu di Papua”, kata Emrus.
Dia menduga, ada pihak yang dengan sengaja ingin melemahkan BIN entah untuk kepentingan politik atau untuk kepentingan lain yang belum jelas. Baginya, informasi tidak muncul tiba-tiba. “Dalam teori komunikasi, disinformasi itu sesuatu yang dirancang dan dilakukan dengan sengaja. Jadi, tidak mungkin isu itu muncul begitu saja tanpa ada yang berkepentingan dan dengan sengaja melancarkannya," terangnya.
Deputi II BIN yang membidangi keamanan dalam negeri, Mayjen Edmil Nurjamil sebelumnya sudah membantah keras laporan dan menyebut itu hanya hoaks. BIN tidak memiliki senjata yang dimaksud.
“Enggak, enggak ada. Iya kita enggak punya itu," terangnya kepada awak media di Kantor Kemendagri beberapa waktu lalu. Edmil bilang, senjata artileri yang ditemukan di Papua milik TNI. dan BIN, tegasnya, tidak pernah membeli mortir dari Serbia. Nggaklah. Ya itu kan pangdamnya sudah mengakui itu senjata TNI. Kita nggak main-main begitu. Panglima Kodam itu. Kan sudah menyampaikan yang bulan apa itu," tegasnya.
Dalam laporan kelompok pemantau senjata serta foto yang diberikan ke Reuters disebutkan, hampir 2.500 mortir dari Serbia yang dibeli dan dijatuhkan dari udara ke delapan desa di Papua. Pembelian tersebut juga disebut tidak dilaporkan ke DPR RI.
BACA JUGA:
CAR mengatakan, mortir diproduksi pembuat senjata milik Serbia, Krusik, dan kemudian dimodifikasi untuk dijatuhkan dari udara, bukannya ditembakkan dari tabung mortir. Mortir itu diproduksi oleh pembuat senjata milik negara Serbia Krusik dan kemudian dimodifikasi untuk dijatuhkan dari udara ketimbang dari tabung mortir. Dikatakan senjata yang dikirim ke BIN juga termasuk 3.000 inisiator elektronik dan tiga alat pengatur waktu yang biasanya digunakan untuk meledakkan bahan peledak.