Bagikan:

JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk menutup sementara Tebet Eco Park, Tebet, Jakarta Selatan selama dua pekan mendatang.

Penutupan taman kota yang baru diresmikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini dilakukan usai munculnya keluhan dari warga sekitar soal maraknya tukang parkir liar dan PKL yang berdagang tanpa izin di kawasan pemukiman sekitar Tebet Eco Park.

"Terima kasih teman untuk antusiasme selama dua bulan ini. Untuk kenyamanan bersama, Tebet Eco Park akan ditutup hingga akhir Juni," tulis keterangan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta dalam akun Instagram tamanhutandki, dikutip Rabu, 15 Juni.

Berkaitan dengan itu, Anies kemarin memanggil Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Suzi Marsitawati, Wali Kota Jakarta Selatan Munjirin, Camat Tebet Dyan Airlangga, dan jajaran Pemprov DKI lainnya ke Balai Kota DKI untuk membahas masalah semrawutnya Tebet Eco Park.

Saat ditanya awak media usai rapat bersama Anies, Munjirin mengaku mendapat arahan dari Anies untuk segera menyelesaikan masalah yang dikeluhkan warga tersebut. Namun, ia belum mau membeberkan arahan tersebut.

"Tadi ada petunjuk-petunjuk dari Pak Gubernur untuk diberesin semua yang kemarin dikeluhkan. Saya belum bisa komentar, mau rapat lagi besok," kata Munjirin saat ditemui di Balai Kota DKI, Selasa, 14 Juni.

Sebelumnya, seorang warga bernama Ricky Siahaan yang mengaku sebagai warga Tebet mengeluhkan kondisi Tebet Eco Park yang merugikan penduduk sekitar lantaran tidak tertib dan semrawut.

"Saat ini, saya dan keluarga merupakan satu dari banyak bagian warga Tebet yang sudah sampai ke titik frustrasi dengan chaos yang diakibatkan Tebet Eco Park," kata Ricky Siahaan dalam akun Instagram rickysiahaan.

Dalam akun Instagramnya, Ricky Siahaan memandang Pemprov DKI tidak matang dalam merencanakan infrastruktur parkir hingga lapak UMKM dalam revitalisasi taman tersebut. Sehingga, yang terjadi adalah tukang parkir liar dan PKL yang berjualan tanpa izin menjadi merajalela.

"Tukang parkir liar yang entah datang mana membuat badan jalan yang sebelumnya tidak diperbolehkan parkir, menjadi tempat parkir umum. Alhasil jalan macet setiap hari. Terparah saat weekend dan hari libur," ucap Ricky Siahaan.

"Pedagang Kaki Lima berjualan padat tanpa ijin persis di depan rumah warga. Akibat banyaknya dagangan, sampah menjadi problem harian warga sekitar," lanjutnya.