JAKARTA - Kasus COVID-19 di Indonesia saat ini mulai mengalami peningkatan. Jika pada pekan sebelumnya rata-rata kasus harian masih di angka 200-an kasus, pada minggu ini rata-rata kasus harian mencapai 574 kasus.
Kenaikan kasus juga tengah dialami oleh sejumlah negara. Hal ini disebabkan oleh munculnya varian baru Omicron, yakni subvarian BA.4 dan BA.5.
Namun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut kenaikan kasus virus corona di Indonesia masih dalam keadaan yang lebih stabil dibanding negara lain.
"Kalau kasus kita sekitar 574 harian, kalau kita lihat Australia bisa 16 ribuan, India 8.500, Singapura 3.100, Thailand 2.400, bahkan Malaysia 1.700," kata Airlangga dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 13 Juni.
Sementara itu, lanjut Airlangga rata-rata angka reproduksi kasus (Rt) di Indonesia juga masih stabil, yakni berada pada angka 1. Positivity rate juga masih berada pada angka 1,36 persen.
"Kita lihat penularan kasus kebanyakan lokal dan yang kasus dari perjalanan luar negeri sekitar 25 kasus. BOR (tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit), kalau di luar Jawa-Bali relatif rendah dan yang tertinggi hanya di Kalimantan Utara dan Kalimantan Tengah," ucapnya.
BACA JUGA:
Sebagaimana diketahui, subvarian BA.4 dan BA.5 pertama kali dilaporkan terdeteksi di Indonesia pada 6 Juni 2022. Berdasarkan pencatatan per tanggal 10 Juni, terdapat 8 kasus yang terdiri dari 2 kasus BA.4 dan 6 kasus BA.5.
Dari 8 temuan, terdapat 4 kasus yang terdeteksi di Jakarta dengan 3 kasus transmisi lokal dan 1 kasus yang merupakan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).
Sementara, 4 kasus lainnya dideteksi di Bali dengan 1 kasus transmisi lokal dan 3 kasus PPLN peserta delegasi The Global Platform for Disaster Risk Reduction.
Kasus subvarian BA.4 dan BA.5 yang telah ditemukan di Indonesia ini rata-rata memiliki gejala ringan dan tidak bergejala. Namun, ada satu kasus transmisi lokal BA.5 yang bergejala sedang seperti batuk, sesak napas, sakit kepala, lemas, mual, muntah, dan nyeri abdomen.
Disebutkan, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 bisa mengakibatkan kenaikan kasus COVID-19 lantaran karakteristik virus ini lebih mampu menghindar dari kekebalan tubuh dari vaksinasi dan infeksi alami.
Subvarian BA.4 dan BA.5 juga lebih mudah menginfeksi terutama pada orang yang belum divaksinasi. Meski lebih menular dari varian Omicron sebelumnya, sampai saat ini tidak ada indikasi yang menyatakan bahwa varian ini lebih parah dibandingkan varian Omicron lainnya.