Bagikan:

JAKARTA - Interpol memperingatkan risiko pasar gelap dibanjiri oleh senjata ilegal saat perang di Ukrain berakhir, dapat dimanfaatkan oleh kelompok kriminal, seiring dengan langkah Barat yang memasuk banyak senjata untuk Ukraina menghadapi Rusia.

"Kami telah melihat bahwa di wilayah Balkan, di Afrika, tentu saja, kelompok kejahatan terorganisir mencoba memanfaatkan situasi kacau ini, ketersediaan senjata dan bahkan senjata yang digunakan oleh militer," Sekretaris Jenderal Interpol Jurgen Stock mengutip Sputnik News dari AAPA France 3 Juni.

Sejak Rusia memulai operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari, Amerika Serikat dan sekutunya telah membanjiri Ukraina dengan bantuan senjata bernilai miliaran dolar.

Namun, persediaan senjata yang disalurkan ke Ukraina kemungkinan akan berakhir di ekonomi tersembunyi global dan di tangan penjahat, kata kepala Interpol. Menurut Jürgen Stock, begitu fase aktif operasi di Ukraina berakhir, pasokan senjata dan senjata berat yang stabil akan membanjiri pasar internasional.

Pada titik itu, ia menekankan, negara-negara anggota Interpol, terutama yang saat ini memasok senjata, perlu bekerja sama dalam pelacakan senjata.

"Begitu senjata diam (di Ukraina), senjata ilegal akan datang. Kita mengetahui hal ini dari banyak teater konflik lainnya. Para penjahat bahkan sekarang, seperti yang kita bicarakan, fokus pada mereka," terangnya.

Jürgen Stock memperingatkan negara-negara, agar tidak berpikir bahwa mereka dapat menghadapi tantangan yang akan segera terjadi secara individual.

"Kelompok kriminal mencoba memanfaatkan situasi kacau ini dan ketersediaan senjata, bahkan yang digunakan oleh militer dan termasuk senjata berat. Ini akan tersedia di pasar kriminal dan akan menciptakan tantangan. Tidak ada negara atau wilayah yang dapat menanganinya secara terpisah karena kelompok-kelompok ini beroperasi di tingkat global," paparnya.

"Contoh kasusnya adalah Afghanistan, yang ditinggalkan oleh AS secara 'kacau' pada tahun 2021, setelah 20 tahun perang, meninggalkan sejumlah besar peralatan militer canggih yang jatuh ke tangan Taliban,' tambah kepala Interpol.

Dia menambahkan, sekaranglah saatnya untuk waspada, karena masuknya senjata di Eropa dan sekitarnya sudah dekat, mengharapkan senjata-senjata ini diperdagangkan tidak hanya ke negara-negara tetangga tetapi ke benua lain.

Diketahui, Washington dan sekutu Baratnya telah mengirim pengiriman senjata militer kelas atas ke Ukraina sejak operasi Rusia dimulai. Terbaru, Pentagon pada 1 Juni memaparkan isi dari bantuan senilai 700 juta dolar AS yang dijanjikan oleh Presiden AS Joe Biden.

Paket militer mencakup empat Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS), helikopter Mi-17 yang pernah ditujukan ke Afghanistan, radar, senjata anti-tank, peluru artileri berat, dan barang-barang lainnya. HIMARS yang dikirim AS akan menggunakan amunisi dengan jangkauan 80 km, bukan 300 km yang diberikan oleh amunisi jarak jauh sistem.