Badan Geologi Beberkan Penyebab Banjir Rob di Pantai Utara Jawa
Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Rita Susilawati saat memberikan keterangan terkait banjir rob yang melanda Pantai Utara Jawa Tengah pada Konferensi Pers, Selasa, 31 Mei.

Bagikan:

JAKARTA - Banjir rob atau air pasang melanda beberapa daerah Pantai Utara Jawa (Pantura), seperti di Semarang, Demak, Pekalongan, Rembang, dan Brebes, sejak Senin, 23 Mei yang lalu.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa banjir rob tersebut disebabkan oleh kombinasi antara perubahan iklim dan penurunan muka tanah.

"Memang banjir rob di kawasan pantura jawa ini merupakan kombinasi antara penurunan muka tanah dan perubahan iklim. Di beberapa wilayah, jika tidak terjadi penurunan muka tanah, tetap bisa terjadi banjir. Namun efeknya kemungkinan tidak sebesar dengan adanya penurunan muka tanah," jelas Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Rita Susilawati, dalam keterangan tertulis, Rabu 1 Juni.

Ia menambahkan, penurunan muka tanah di Jawa Tengah, dari hasil penelitian Badan Geologi lebih disebabkan karena karakteristik tanah atau batuannya dan terjadi konsolidasi alamiah.

Untuk melakukan mitigasi bencana banjir rob, Badan Geologi memberikan rekomendasi antara lain dengan membuat peta sebaran tanah lunak dan mengidentifikasi kedalaman tanah lunak.

"Secara regional kita sudah mengetahui (peta sebaran tanah lunak), tetapi secara lebih detail pemetaan itu terus kami lakukan. Kemudian juga dilakukan penyelidikan geologi teknik untuk mengetahui kepentingan pembangunan di atas tanah lunak dan melakukan pemetaan seismik, dari hasil pemetaan itu kita bisa mengidentifikasi penyebaran tanah lunak dan sifat geologi teknik bawah permukaan," papar Rita.

Selain itu, dilakukan pula pengukuran/monitoring laju penurunan muka tanah, pengutamaan pemanfaatan sumber air permukaan, pengendalian pemakaian air tanah sesuai zonasi konservasi air tanah, dan pembuatan tanggul dengan mempertimbangkan laju penurunan muka tanah.

"Kemudian yang paling penting tentu saja melakukan pengaturan tata ruang dan perencanaan pembangunan infrastruktur dengan mempertimbangkan kondisi teknik bawah permukaan daerah tanah lunak. Tentu pengaturan dan pembangunan, serta rekayasa teknologi harus berdasarkan rekomendasi dari kondisi geologi," pungkasnya.