JAKARTA - Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menanggapi pindahnya politikus Partai Demokrat, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) ke partai beringin.
Menurutnya, Golkar sangat terbuka dengan kembalinya IAS untuk memperkuat parpol yang pernah disinggahinya itu.
"Pak IAS itu kan memang kader Golkar asli. Pernah jadi ketua DPD Golkar Sulsel. Cuma karena dinamika politik saat itu berbeda, perkembangannya tidak sesuai dengan apa yang menjadi prinsipnya pak IAS kemudian beliau pindah. Bagi kami apalagi dia pernah jadi kader Golkar, ingin kembali dan memperkuat Golkar ya kami menerima dengan terbuka," ujar Doli di Gedung DPR, Senin, 30 Mei.
Doli pun berharap IAS membawa gerbong saat kembali ke partai yang kini diketuai Airlangga Hartarto.
"Kami berharap Pak Ilham itu juga punya gerbong yang datang kembali ke Golkar. Tidak hanya Pak Ilham saja, tetapi juga dengan gerbongnya,” harapnya.
Sebab kata Doli, saat pindah ke Partai Demokrat IAS membawa beberapa orang kepercayaan. Karenanya dia berharap IAS membawa kembali kader Partai Golkar yang dahulu pernah pindah ke partai berlambang mercy.
“Kami berharap sebanyak mungkin, siapa saja, apalagi dia dahulu pernah ada di Golkar ingin kembali membangun dan membesarkan Partai Golkar, kami sangat senang,” kata Doli.
Kendati demikian, Wakil Ketua Komisi II DPR itu meyakini bahwa perpindahan IAS dari Demokrat ke Golkar tidak akan mengganggu hubungan antara dua partai politik (parpol). Sehingga hubungan kedua parpol tetap harmonis meski diterpa isu perpindahan kader.
“Jadi, saya kira hubungan antarparpol, terutama Golkar dan Demokrat akan terus berjalan baik dan tidak akan rusak karena ada kader yang pindah,” pungkas Doli.
Sebelumnya, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) mengungkap alasannya meninggalkan Partai Demokrat dan bergabung ke Golkar karena ingin mencari tempat yang lebih dihargai.
"Pertama, saya membutuhkan organisasi di mana saya dan cita-cita saya mengabdi di kancah lebih besar bisa lebih dihargai," ujar IAS dalam keterangannya, Jumat, 27 Mei.
Selain itu, IAS juga menyoroti Ni'matullah yang dipilih sebagai Ketua Demokrat Sulsel meski hanya didukung delapan suara suara DPC pada Musda, Desember 2021. Sedangkan IAS, yang memenangi Musda dengan 16 suara DPC, tidak dipercaya DPP.
"Sesungguhnya saya seperti pejuang yang dipaksa menelan ludah sendiri. Ibarat bertarung membawa sekeranjang air," katanya.
BACA JUGA:
Tak hanya itu, IAS juga merasa keberadaannya di Partai Demokrat sudah tidak diinginkan lagi oleh elite DPP Demokrat.
"Saya tidak bisa membayangkan jika harus tetap berada satu organisasi di mana para petingginya di pusat, saya pahami sudah tidak menginginkan saya. Apalagi setelah keputusan penunjukan (Ni'matullah), tidak ada upaya rekonsiliasi yang terlihat di segala tingkatan," kata IAS.