Dua Sapi Positif PMK, Pasar Ternak di Pasaman Barat Ditutup Sementara
Kepala DTPHP Pasaman Barat, Sumbar Doddy San Ismail saat meninjau lokasi ternak yang terindikasi PMK. (Foto: Antara)

Bagikan:

PASAMAN BARAT - Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, memutuskan untuk menutup sementara Pasar Ternak Simpang Tiga Ophir, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar).

Penutupan itu berkaitan dengan ditemukannya dua ekor sapi terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

"Dari hasil laboratorium dua ekor sapi positif mengidap PMK. Sedangkan lima ekor sapi secara klinis terindikasi PMK. Penutupan pasar ternak ini sebagai upaya mengurangi penyebarannya," kata Kepala Dinas TPHP Pasaman Barat Doddy San Ismail di Simpang Empat, Sabtu.

Menurutnya, dua sapi terindikasi PMK berada di Kecamatan Kinali. Saat ini terak tersebut sudah dilakukan karantina di lokasi masing-masing.

Selain itu, kata Doddy, pihaknya juga mengobati ternak yang positif dan terindikasi PMK.

"Jika dua pekan ke,depan tidak terjadi peningkatan dan penurunan kasus maka Pasar Ternak Simpang Tiga Ophir akan segera dibuka kembali mengingat IdulAdha semakin dekat," sebutnya.

Selama masa penutupan pasar, dinas terkait akan melakukan sejumlah observasi terhadap hewan ternak terutama sapi dan kambing yang terdapat di Pasaman Barat.

Selain itu, pihak Dinas Pertanian dan Peternakan Pasaman Barat telah menetapkan kebijakan untuk membatasi penerimaan hewan ternak yang berasal dari luar Pasaman Barat.

"Kami juga akan melakukan pembatasan terhadap hewan-hewan ternak yang akan dijual, namun yang berasal dari luar Pasaman Barat. Oleh karena itu akan dilakukan sejumlah upaya skrining terhadap hewan-hewan ternak yang akan masuk dari luar Pasaman Barat," katanya.

Ia mengatakan, terhadap ternak yang terindikasi PMK memiliki gejala hypersalivasi, demam, luka di teracak atau kuku, tremor, ada luka di bagian mulut dan hidung.

Doddy mengimbau, kepada peternak gar melapor ke petugas kesehatan hewan apabila ternak sapinya memiliki gejala demam, luka di daerah mulut bagian dalam, luka pada kaki, dan produksi air liur berlebihan.

"Kita telah turun ke lokasi ternak itu dan melakukan tindakan cepat agar penyakit itu tidak semakin berkembang," katanya.