Bagikan:

JAKARTA - Negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memilih kembali Tedros Adhanom Ghebreyesus sebagai Direktur Jenderal dengan mayoritas kuat untuk lima tahun lagi, presiden Majelis Kesehatan Dunia mengatakan pada Hari Selasa.

Pemilihan yang dilaksanakan dengan pemungutan suara rahasia, yang diumumkan oleh Ahmed Robleh Abdilleh dari Djibouti pada pertemuan tahunan besar, dipandang sebagai formalitas karena Tedros adalah satu-satunya kandidat yang mencalonkan diri.

Para menteri dan delegasi bergiliran berjabat tangan dan memeluk Tedros, mantan menteri kesehatan asal Ethiopia, yang telah memimpin badan PBB itu melalui masa bergejolak yang didominasi oleh pandemi COVID-19.

Berbicara kepada majelis segera setelah pemilihannya kembali, Tedros mengatakan fokus WHO adalah pada kesiapsiagaan darurat dan peningkatan badan tersebut.

"Pandemi ini sangat belum pernah terjadi sebelumnya dan banyak pelajaran yang harus kita pelajari dan kita pelajari. Tapi, pada saat yang sama kita tidak bisa hanya berhenti sejenak, belajar dan mengimplementasikan," ujarnya melansir Reuters 25 Mei.

Kepala WHO yang baru terpilih kembali menangis ketika berbicara tentang krisis Ukraina saat ini, serta kematian adik laki-lakinya karena penyakit masa kanak-kanak di tengah perang dan kemiskinan beberapa dekade lalu.

"Ketika saya mengunjungi Ukraina ketika saya melihat terutama anak-anak.. Itu adalah gambar dari lebih dari 50 tahun yang lalu yang muncul di pikiran saya, sangat terlihat, sangat mengganggu. Bau, suara, dan citra perang. Itulah yang saya tidak' tidak ingin terjadi pada siapa pun," tuturnya.

Beberapa negara termasuk Jerman dan Amerika Serikat dengan cepat memberikan ucapan selamat. Menteri Kesehatan Jerman Karl Lauterbach mentweet, Tedros mendapat 155 dari 160 suara, menyebutnya sebagai hasil yang spektakuler. "Selamat, sepenuhnya layak."

Diketahui, Jerman baru-baru ini menyalip Amerika Serikat sebagai donor utama badan kesehatan PBB.

Namun, pencalonan masa jabatan kedua Tedros tidak mendapat dukungan dari negara asalnya, Ethiopia, karena gesekan atas konflik Tigray. Utusan Ethiopia untuk majelis memperjelas, pernyataan Botswana yang memberi selamat kepada Tedros tidak mewakili 47 negara dari kelompok Afrika.

"Metode kerja kelompok Afrika yang mapan adalah bekerja dengan konsensus. Saya ingin menunjukkan bahwa tidak ada konsensus. Oleh karena itu, perwakilan terhormat Botswana tidak dapat menyampaikan pernyataan atas nama kelompok Afrika."