Bagikan:

SUKABUMI - Puluhan perahu nelayan yang ditambatkan di Pantai Minajaya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat rusak berat dan hilang karena diterjang gelombang tinggi pada Selasa, 24 Mei. Mayoritas nelayan setempat tidak bisa melaut saat ini.

"Dari data sementara jumlah perahu yang berada di Pantai Minajaya, Desa Pasiripis, Kecamatan Surade rusak berat, karam, maupun hilang mencapai 71 unit. Untuk rinciannya yakni hilang sebanyak 36 unit dan rusak berat sekitar 35 unit dan kemungkinan jumlahnya masih akan terus bertambah," kata salah seorang pemilik perahu yang beroperasi di Pantai Minajaya, Ambari, di Sukabumi, Antara, Selasa, 24 Mei.

Akibat gelombang tinggi, dirinya harus kehilangan empat perahu yang saat ini belum diketahui keberadaannya. Gelombang tinggi di laut selatan Kabupaten Sukabumi mulai terjadi pada Selasa, sekitar pukul 03.00 WIB.

Saat kejadian, Pantai Minajaya banyak perahu yang ditambatkan dan mayoritas nelayan serta pemilik perahu terlelap tidur. Para nelayan yang baru saja bangun dari tidurnya langsung dikejutkan dengan kondisi perahu mereka yang sudah hancur lebur akibat diterjang gelombang tinggi.

Sebagian nelayan lainnya mencari perahunya yang hilang karena terseret arus laut ataupun karam dihantam gelombang. Hingga saat ini, nelayan setempat masih melakukan pendataan terkait dengan musibah itu.

"Tidak ada korban jiwa pada peristiwa ini, namun hampir seluruh nelayan tidak bisa mencari ikan disebabkan perahunya hilang dan rusak serta tidak berani melaut karena khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, bahkan hingga siang ini gelombang laut di Pantai Minajaya masih tinggi," tambahnya.

Dihubungi secara terpisah, Ketua Forum Koordinasi SAR Daerah (FKSD) Kabupaten Sukabumi Okih Fajri mengatakan berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Perairan Sukabumi dan Cianjur Selatan (laut lepas) gelombang masuk dalam kategori sangat tinggi dengan ketinggian 4-6 meter.

Untuk tinggi gelombang di pantai mencapai 1,5-2 meter. Kondisi gelombang tinggi ditambah angin kencang dengan kecepatan 2-15 knot tentunya membahayakan nelayan yang mencari ikan dengan menggunakan perahu kecil atau tradisional, salah satunya congkreng.

Untuk keamanan, keselamatan, dan antisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan, pihaknya mengimbau nelayan mempertimbangkan untuk tidak melaut dahulu sementara waktu, terutama yang lokasi operasinya di perairan laut lepas.

Nelayan yang menggunakan kapal besar, seperti rumpon, diesel, dan longland yang masih tetap melaut, agar waspada dan selalu melengkapi armada kapalnya dengan perlengkapan keselamatan mulai dari life jacket, kompas, GPS, dan alat komunikasi yang memadai.

Sebelum melaut, nelayan harus memeriksa kondisi mesin kapalnya terlebih dahulu apakah layak atau tidak digunakan untuk melaut, selanjutnya persediaan BBM harus benar-benar mencukupi dan saat sedang melaut agar terus berkomunikasi dengan petugas penanggung jawab pelayaran.

"Antisipasi terjadinya kecelakaan laut, kami pun sudah menyiagakan personel yang kapanpun siap diterjunkan untuk melakukan operasi SAR, serta berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya," katanya.