BNPT: Duta Damai Dunia Maya Dibentuk untuk Tangkal Radikalisme
Asubdit Kontra Propaganda Direktorat Pencegahan BNPT Kolonel Sujatmiko/Foto: Antara

Bagikan:

PALU - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme membentuk duta damai dunia maya sebagai upaya untuk menangkap pertumbuhan dan pengembangan radikalisme dan terorisme di Tanah Air.

"Tujuan pembentukan duta damai dunia maya ini dalam rangka menangkal radikalisme," ucap Kasubdit Kontra Propaganda Direktorat Pencegahan BNPT Kolonel Sujatmiko di Palu, Senin 23 Mei.

BNPT terus berupaya menangkal paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme dengan menggunakan berbagai pendekatan, yang salah satunya mengedepankan pencegahan lewat pembentukan duta damai di seluruh provinsi. Saat ini, duta damai dunia maya telah dibentuk di 15 provinsi se-Indonesia, termasuk Sulawesi Tengah.

Di Sulawesi Tengah, terdapat 57 kader duta damai yang direkrut oleh BNPT bekerja sama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulteng.

Para kader duta damai tersebut merupakan mahasiswa dan pegiat media sosial yang mendapat edukasi terkait peningkatan kapasitas melalui asistensi bidang penulisan, desain komunikasi visual atau pembuat konten, serta bidang teknologi informasi.

Kepada para duta damai dunia maya, Sujatmiko mengingatkan penyebaran radikalisme dan terorisme menjadi salah satu masalah yang dihadapi bangsa Indonesia. Radikalisme dan terorisme menjadi musuh negara karena memberikan ancaman terhadap ideologi negara serta kesatuan dan persatuan bangsa.

Dia mengatakan kelompok radikalisme dan terorisme cenderung memanipulasi dan membentuk politisasi agama dalam gerakannya, yang tidak lain untuk kepentingan paham dan gerakan mereka. Selain itu, kelompok dengan paham radikal dan teroris itu cenderung memusuhi kelompok lain yang tidak sependapat dengan paham mereka.

"Selain menggunakan ideologi agama, indikator kedua yaitu takfiri, yaitu selalu menyalahkan dan mengafirkan kelompok yang tidak sependapat dengan mereka," tambahnya dikutip Antara.

Terakhir, kelompok radikalisme dan terorisme bersikap anti terhadap tasawuf dan tarekat. Padahal, lanjutnya, substansi dari tasawuf dan tarekat adalah sikap rendah hati, yang sejalan dengan anjuran agama untuk bersikap rendah hati kepada setiap manusia.

Berkaitan dengan itu, Ketua FKPT Provinsi Sulteng M. Nur Sangadji mengatakan seluruh elemen dan komponen bangsa harus mengarusutamakan penanggulangan radikalisme dan terorisme.

"Maka, duta damai dunia maya, yang merupakan para mahasiswa sebagai kaum intelektual, harus mengambil peran dalam menangkal radikalisme dan terorisme," kata Nur Sangadji.

Ia menyebutkan saat ini terdapat empat masalah yang dihadapi bangsa Indonesia, yakni radikalisme dan terorisme, korupsi, narkoba, dan ancaman bencana alam dan non-alam.

"Penanggulangan radikalisme dan terorisme masuk sebagai salah satu problem prioritas yang harus diselesaikan," ujarnya.