Agar Pendatang Paham Rambu Evakuasi, BPBD Pastikan Desa Tangguh Bencana di Yogyakarta Mengacu SNI
Sejumlah siswa melakukan simulasi siaga bencana di SMPN 2 Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. (ANTARA)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memastikan pembentukan desa tangguh bencana terus dilanjutkan dengan mengacu standar nasional Indonesia (SNI) tentang Kebencanaan.

"Sejak 2011 kami sudah memaksimalkan program desa tangguh bencana yang setiap tahun kami harapkan 25 desa jadi desa tangguh bencana berbasis SNI Kebencanaan," kata Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD DIY Lilik Andi Aryanto di Yogyakarta, Jumat 20 Mei.

Dengan menerapkan SNI 8357:2017, ia berharap ketangguhan masyarakat di wilayah rawan bencana dapat diperkuat sehingga mampu menekan risiko yang muncul saat terjadi bencana.

"Jadi kalau menurut kami desa tangguh bencana ini akan memahami ancaman bencana karena masyarakat sendiri yang paham akan ancaman dan potensi-potensi yang ada di wilayahnya," kata dia mengutip Antara.

Lilik mencontohkan, SNI tersebut antara lain diterapkan dalam setiap pembuatan rambu serta jalur-jalur evakuasi di desa tangguh bencana.

Dengan standar yang ada, ia berharap jalur serta tanda evakuasi bencana dapat dipahami bukan hanya oleh masyarakat desa setempat.

"Dengan mengacu standar, maka pendatang atau masyarakat dari luar desa itu juga bisa paham dengan rambu-rambu yang dipasang," imbuhnya.

Lilik menuturkan dari total 438 desa di DIY terpetakan sebanyak 301 desa yang memiliki kerawanan bencana mulai dari tsunami, gempa, banjir, tanah longsor, angin puting beliung, serta erupsi Merapi.

Ia menargetkan hingga 2023 seluruh desa yang tersebar di lima kabupaten/kota tersebut dapat menjadi desa tangguh bencana. "Sampai sekarang sudah terbentuk 276 desa tangguh bencana," ujar Lilik Andi Aryanto.