JAKARTA – Partai Nasdem diprediksi tidak akan serta merta bergabung ke Koalisi Indonesia Bersatu, yang dibentuk Golkar, PAN dan PPP. Partai yang dipimpin oleh Surya Paloh itu selama ini dikenal memiliki perencanaan dan kalkulasi yang bagus dalam kontestasi seperti Pilpres dan Pilkada.
“Saya kira Nasdem ini akan memberikan kejutan. Mereka bukan partai dengan tipikal “pengikut”. Namun sebaliknya mereka bisa memberikan alternatif dengan memunculkan koalisi baru lebih segar dan mengejutkan,” kata Arya Fernandes, dari CSIS kepada VOI, Rabu, 18 Mei.
Arya memprediksi Nasdem bisa jadi akan memimpin atau membentuk blok baru di mana mereka bisa mengusung calon alternatif. “Nasdem akan mengadakan pertemuan nasional pada Juli nanti dan saya kira mereka bisa memberikan kejutan,” kata peneliti CSIS itu.
Dari sejumlah nama figur calon presiden yang selama beredar di Nasdem, Arya melihat ada tiga nama yang bakal mereka usung. Misalnya Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Andika Perkasa.
“Bisa jadi kejutan yang diberikan Nasdem bukan lagi membentuk koalisi, namun langsung mengusung nama capres tertentu,” kata Arya. Ini bisa menarik partai lain yang setuju dengan figur yang diusung oleh Nasdem sehingga mereka bisa bergabung.
Arya melihat faktor elektabilitas figur capres dan hubungannya dengan partai akan menjadi pertimbangan Nasdem. Ia memprediksi Ganjar tidak akan diusung oleh Nasdem karena faktor bahwa Gubernur Jateng ini masih terhubung ke PDIP. “Saya kira, mungkin mereka akan mengusung Anies Baswedan,” kata Arya.
Namun sekali lagi Arya melihat semuanya masih cair. Akan tetapi bagi Arya pembentukan koalisi Indonesia bersatu ini telah membuat hubungan antara partai menjadi menarik.
BACA JUGA:
“Hubungan antara partai dengan partai kini menjadi lebih intens, di mana masing-masing partai sudah mulai melakukan koalisi sejak jauh-jauh hari, bukan menjelang pendaftaran paslon,” kata Arya.
Selain itu juga hubungan antara kandidat dengan partai menjadi lebih menarik, karena kandidat kini tidak harus road show lagi ke partai-partai untuk mendapatkan dukungan.
Untuk koalisi Indonesia Bersatu sendiri, ia melihat koalisi ini akan bisa bertahan dengan beberapa syarat. Pertama jika power sharing yang terjadi antara ketiga partai adil. Kedua jika melihat kandidat yang akan diusung memiliki kans besar untuk menang.
“Koalisi ini tidak akan bertahan jika ada kandidat yang elektabilitas tinggi masuk dan menawarkan anggota koalisi sesuatu yang lebih pasti,” pungkas Arya.